Moskow Bantah Istri Bashar al-Assad Ajukan Cerai

MOSKOW, inibalikpapan.com – Pihak Kremlin bantah pemberitaan media Turki yang menyatakan Asma al-Assad, istri pemimpin Suriah yang terguling, Bashar al-Assad, ajukan cerai dan ingin kembali ke London.

Pada hari Senin, 23 Desember kemarin juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, bantah adanya isu pengajuan cerai tersebut.

Sebagai informasi, Asma adalah seorang warga keturunan Inggris.

Bashar al-Assad melarikan diri ke Moskow awal bulan ini dimana ia matikan transponder pesawat saat itu supaya hindari deteksi saat pemberontak HTS kuasai Damaskus.

Dalam sebuah pernyataan Assad di Telegram, ia kemudian menegaskan bahwa kepergiannya dari Suriah tidak masuk dalam rencana.

Namun ia dipaksa pergi setelah posisinya di pangkalan udara yang dikuasai Rusia dapat serangan secara intensif oleh serangan pesawat tak berawak.

Keluarganya telah lama memiliki hubungan dengan Moskow. Beberapa kerabatnya membeli properti senilai puluhan juta dolar di Rusia selama bertahun-tahun.

Selain bantah pengajuan cerai istri Bashar al Assad, Dmitry Peskov, juga membantah laporan media Turki yang menyatakan bahwa Assad berada di penjara di Moskow dan aset propertinya dibekukan.

“Tidak, itu tidak sesuai dengan kenyataan,” kata Peskov dalam laporan tersebut.

Media pemerintah Rusia belum merilis foto Assad saat berada di Moskow.

Sementara status Assad sebagai paria global membuat mereka memiliki pilihan perjalanan yang terbatas, Rusia disebut-sebut sebagai pilihan yang kuat.

Pasalnya, tinggal di Moskow akan memungkinkan perawatan medis yang lebih baik untuk istri Assad, yang didiagnosis menderita leukemia pada bulan Mei.

Masih Berkewarganegaraan Inggris, Asma Al Assad Terancam Tak Bisa Pulang

Lahir di Inggris pada tahun 1975 dari orang tua yang berasal dari Suriah, Asma al-Assad, 49 tahun, tumbuh di Acton, London barat.

Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai bankir investasi pada tahun 2000 untuk menikah dengan Assad.

Asma  muncul sebagai tokoh pemecah belah di seluruh dunia dimana banyak orang tuduh dirinya menggunakan pendidikan dan didikan ala Inggris untuk menutupi kebrutalan suaminya terhadap perbedaan pendapat.

Pada tahun 2011, beberapa minggu sebelum para aktivis pro-demokrasi mulai turun ke jalan di Suriah, Vogue menerbitkan profilnya yang kini telah dihapus dengan judul “A Rose in the Desert”.

Profil tersebut menggambarkannya sebagai  ibu negara yang paling cantik tanpa menyebutkan bahwa rezim suaminya telah tewaskan lebih dari 5.000 warga sipil.

Pada tahun 2020, AS menjatuhkan sanksi kepada keluarga Assad dan beberapa kerabat mereka.

Menteri Luar Negeri saat itu, Mike Pompeo, menggambarkan tindakan tersebut sebagai upaya untuk mengakhiri  perang yang tidak perlu dan brutal oleh rezim tersebut terhadap rakyat Suriah.

“Saya akan memberikan catatan khusus mengenai penunjukan untuk pertama kalinya Asma al-Assad, istri Bashar al-Assad. Yang dengan dukungan dari suaminya dan anggota keluarga Akhras telah menjadi salah satu pemburu keuntungan perang paling terkenal di Suriah,” kata Pompeo saat itu.

Meskipun asetnya di Inggris dibekukan pada Maret 2012, ia tetap memiliki kewarganegaraan Inggris.

Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menegaskan bahwa dia tidak diterima.

 “Saya telah melihat beberapa kabar dalam beberapa hari terakhir, Asma Assad [adalah] seseorang yang berpotensi memiliki kewarganegaraan Inggris yang mungkin mencoba masuk ke negara kita.  Dan saya ingin konfirmasikan bahwa dia adalah individu yang kena sanksi dan tidak diterima di Inggris,” katanya kepada parlemen.

Perdana Menteri, Keir Starmer, juga ditanya tentang apakah kewarganegaraan Inggris Asma akan dicabut, seperti yang dilakukan kepada warga Inggris yang bergabung ISIS.

“Masih terlalu dini untuk membahas itu,” kata dia.

Sumber: The Guardian