Nelayan Balikpapan dan PPU Terpaksa Berprofesi Ganda
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Aktivitas tinggi di Teluk Balikpapan karena cemaran akibat limbah industri, tumpahan minyak hingga batu bara membuat daerah tangkapan nelayan makin terbatas.
Semakin parah, dengan kehadiran Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Karena Teluk Balikpapan menjadi jalur utama pengangkutan material untuk pembangunan IKN. Seluruh material diangkut menggunakan kapal laut.
Direktur Eksekutif Pokja Pesisir Mapaselle mengungkapkan, nelayan tak bisa lagi mengantungkan hidup keluarganya di Teluk Balikpapan. Mereka pun kini terpaksa harus bekerja di perusahaan ataupun kerja serabutan.
“Kalau sekarang nelayan itu sudah berprofesi ganda, ada yang sambil bekerja di perusahaan, karena itu terpaksa sebenarnya. Perusahaan merasa bangga bisa menggaji nelayan dengan UMR,” ujarnya
Nelayan di Kabupaten Penajam Paser Utara, seperti Penajam, Jenebora, Pantai Lango, Gresik, Maridan dan Mentawir mereka tak punya pilihan lain. Begitu juga di Balikpapan, meski dengan skill terbatas.
“Dulu saat industri belum banyak yang mencemari Teluk Balikpapan itu mereka sebenarnyya lebih memilih menjadi nelayan. Jumlahnya ribuan. Saya pernah ditawari kerja di industri dan memilih menjadi nelayan,” ujarnya
Mayoritas digaji UMR sekitar Rp 3 jutaan UMK Balikpapan maupun Penajam Paser Utara. Bahkan ada yang bergaji di bawah UMR. Karena keterbatasan pendidikan dan pengalaman kerja.
“Kalau dia kerja di Industri kan, pertama dengan keterbatasan pendidikan paling dia ditempatkan sebagai tenaga-tenaga kasar, karena skill nya terbatas. Kalau dibandingkan dengan yang dulu (nelayan) itu masih jauh Sejahtera,” ujarnya
Kepala Dinas Perikanan Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan Sri Wahyuningsih mengakui, hasil tangkapan nelayan tradisional khususnya yang selama ini bergantung di Teluk Balikpapan terus mengalami penurunan.
“Khusus untuk hasil tangkapan di Teluk Balikpapan memang mengalami trend penurunan, oleh semakin banyaknya aktivitas lain di luar perikanan di sekitar Teluk Balikpapan,” ujarnya.
Hasil tangkapan yang menurun itu kata dia, ikut berdampak pada rata-rata pendapatan nelayan. Karena kini rata-rata per hari kini tak lebih dari Rp100 ribu. Pendapatan itu jauh, sebelum tingginya aktivitas di Teluk Balikpapan
“Untuk pendapatan per hari dari nelayan sekarang sekitar Rp 100 ribu. Untuk nelayan tradisional di Balikpapan ada sekitar 1.260 orang. Sedangkan untuk petambak 7 kelompok, dengan jumlah 140 pelaku petambak,” ujarnya.
Untuk membantu nelayan, Pemkot Balikpapan sejauh ini hanya memfasilitasi bantuan ke Pemerintah Provinsi Kaltim dan Pemerintah Pusat. Termasuk memberikan pelatihan- pelatihan.
“Langkah yang dilakukan oleh Pemkot adalah, pembinaan, fasilitasi bantuan ke Pemerintah Provinsi dan ke Pemerintah Pusat, memberikan pelatihan, sosialisasi-sosialisasi,” ujarnya tanpa merinci.
BACA JUGA