Top Header Ad

Paguyuban Balikpapan Tidak Terlibat Politik Praktis

Leo Sukoco

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Menjelang pilkada, Forum Komunikasi Paguyuban Balikpapan (FKPB) memastikan tidak terlibat dalam politik praktis. Meskipun, kemungkinan masing-masing anggota paguyuban berasal ada yang berafiliasi dengan berbagai partai politik.

“Mereka punya warga masing-masing, itu pasti warna partai politik atau kepentingan, terutama pemilih pasti adalah, kami tidak bisa melarang,” ujar Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Balikpapan Leo Sukoco kepada Inibalikpapan.com.

“Tapi kami menghimbau tolong untuk kelompok paguyuban dari lembaga mereka ada jangan digunakan untuk kepentingan politik. Karena memang di paguyuban tidak berpolitik praktis,”

Menurutnya, jika paguyuban terlibat politik praktis justru akan terjadi perpecahan. Karen dukung pasangan calon ataupun tidak. Karena pilihan masing-masing kemungkinan akan berbeda-beda. Sehingga untuk menjaganya tidak terlibat politik praktis.

“Karena kita tahu banyak warna, tidak mungkin diklaim oleh satu oknum saja untuk mendukung ini. Saya yakin pasti akan terjadi perpecahan didalam paguyupan itu sendiri,” tandasnya.

Dia bersyukur untuk tahun ini disaat menjelang pilkada Balikpapan, tidak terjadi gejolak dalam paguyuban. Karena biasanya setiap pemilu ataupun pilkada, terkadang muncul gejolak dalam paguyuban yang menyebabkan perpecahan, akibat dukung mendukung.

“Saya bersyukur tahun ini, biasanya ada gejolak di paguyuban, entah itu pemilihan pengurus baru atau pembentukkan pengurus baru. Tapi alhamudulilah untuk tahun ini tidak ada,” ujarnya

Bahkan kata dia, dalam whatsapp grup juga tak pernah ada yang menyinggung soal pilihan pada pilkada Balikpapan. “Alhamdulilah sampai detik ini, walaupun kita puny WA grup mereka tidak pernah WA grup bersinggunggan dengan pilkada,” katanya.

Meski begitu, Leo berharap, pemimpin baru nanti harus tetap bisa menjaga kemajemukan. Karena Kota Balikpapan terdiri dari berbagai suku dan agama. “Tentu yang memperhatikan kondisi kota itu sendiri. Kota majemuk,” ujarnya.

Meneruskan pembangunan yang sudah berjalan baik. Termasuk melakukan pembenahan-pembenahan yang belum dfikerjakan. “Kalau yang lama bagus kita teruskan, yang baru mungkin mencontoh yang lama dengan pemebanahan yang belum sempurna,” sebutnya.

Kata dia, Payuban cukup merespon positif pemimpin saat ini  karena selalu memperhatikan paguyuban maupun budaya. “Pak Rizal dan Pak Rahmad selalu memperhatikan paguyuban dan budaya, kota berkembang karena budaya,” nilainya.

Payuban lanjutnya tetap melihat ingin ada perubahan pada pemimpin yang baru nanti. Karena harapannya, pemimpin baru dengan semangata baru dan inovasi. “Tentu akan berdampak positif  pada perkembangan kota,” ujarnya.

“Karena mereka ingin melihat ada perubahan di kota dari pemimpin yang lama ke pemimpin yang baru. Bukan berarti pemimpin lama tidak bagus, pemimpin yang baru pasti punya motivasi, inovasi sendiri,” katanya.

Sebagai miniaturnya Indonesia, Leo juga berharap, pemimpin yang baru dapat mewujudkan pembangunan monumen dari berbagai etnis dan suku. “Satu hal karena kita ini kemajemukan dan miniatur Indonesia. Saya berharap ada monumen yang dibuat masing-masing paguyuban dari masing-masing etnis, mulai dari Dome sampai Kantor PDAM itu ada taman khusus paguyuban itu yang kami harapan. Keliatan betul miniaturnya Indonesia,”harapnya.

“Berikan tempat pada pelaku-pelaku budaya untuk mengembangkan budayanya jangan sampai mereka sudah merantau ke Balikpapan sukses lupa budaya aslinya . Kami pentas budaya, pawai budaya selalu harus orang asli mereka.”

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.