Pasca Penembakan Pesawat, PBB Kembali Buka Penerbangan Ke Haiti

PBB Haiti
Salah satu pengungsi yang kehilangan rumah karena perang geng di Haiti (UNNews)

PORT-AU-PRINCE, inibalikpapan.com – Layanan Udara Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNHAS akan memulai kembali penerbangan di Haiti pada Rabu, (20/11/2024) setelah jeda sekitar seminggu.

Pihaknya telah menyelesaikan masalah regulasi, menurut pernyataan dari Program Pangan Dunia (WFP) PBB, yang mengelola layanan tersebut seperti dikutip dari Reuters.

PBB menghentikan sementara penerbangan ke ibu kota Haiti Selasa pekan lalu, sehari setelah para anggota geng menembaki tiga pesawat komersial.

Peristiwa ini yang mendorong regulator penerbangan AS untuk melarang maskapai penerbangan AS terbang ke negara Karibia itu selama 30 hari.

“UNHAS menyediakan transportasi penumpang dan kargo ringan di Haiti untuk seluruh komunitas kemanusiaan. Termasuk LSM lokal dan internasional,” kata WFP dalam pernyataannya.

Pernyataan tersebut menambahkan bahwa penangguhan tersebut tidak memengaruhi pasokan makanan.

Helikopter pemerintah Haiti juga melanjutkan layanan pada hari Senin, 18 November 2024 dengan mengangkut tiga menteri pemerintah baru setelah perombakan kabinet minggu lalu.

Perombakan kabinet tersebut adalah saat perdana menteri digulingkan serta banyak menteri utamanya diganti.

Bahkan saat pembukaan penerbangan kembali, kekerasan bersenjata terus terjadi di beberapa bagian ibu kota Port-au-Prince seperti Lower Delmas.

Geng-geng bersenjata mengendalikan sebagian besar wilayah Port-au-Prince yang telah memperoleh keuntungan dalam beberapa minggu terakhir.

Sementara misi PBB telah lama tertunda meski tetap memastikan pengiriman bantuan ke Haiti akan terus berjalan.

Pada hari Minggu, badan migrasi PBB IOM memperkirakan lebih dari 20.000 orang mengungsi di seluruh ibu kota hanya dalam waktu empat hari.

Hal ini menandai pengungsian massal terbesar dalam lebih dari setahun.

“Keterasingan Port-au-Prince memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan,” kata kepala IOM Haiti Gregoire Goodstein dalam pernyataannya.

Ia tambahkan bahwa pekerja kemanusiaan hanya dapat mengakses 20 persen wilayah ibu kota Haiti.

“Kemampuan kami untuk mengirimkan bantuan telah mencapai batasnya. Tanpa dukungan internasional segera, penderitaan akan semakin parah,” katanya.

Kepala UNICEF Haiti Geeta Narayan mengatakan lebih dari separuh dari 20.000 pengungsi adalah anak-anak kekurangan gizi, wabah kolera, dan tekanan psikologis akut.

IOM memperkirakan bahwa hingga awal September lebih dari 700.000 orang telah mengungsi di dalam negeri di negara tersebut.

Sementara IPC, indeks acuan kerawanan pangan, telah melaporkan kekurangan yang semakin parah dengan sekitar 6.000 orang menghadapi kelaparan tingkat parah.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.