Pelibatan Akademisi Lokal Untuk Kawal Program TJS SKK Migas dan KKKS
BALIKPAPAN- Kalangan akademisi menilai perlu ada keterlibatan akademisi-akademisi local dalam merancang dan mengawal program CSR perusahaan yang tergabung dalam KKKS dan SKK migas. Sehingga keberadaan dapat memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat sekitar pelaksanaan CSR.
Disamping itu juga akan memberikan pengetahuan praktis bagi akademisi dengan kondisi actual di masyarakat.
Saat ini program CSR yang dikembangkan SKK Migas Kalsul dan KKKS mulai terintegrasi dengan program pemerintah daerah sehingga apa yang menjadi kebutuhan masyarakat makin terakomodasi.
“Sebelumnya tidak muncul karena jalan sendiri nah sekarang sudah mulai menjadi bagian. Saya kira ini berita yang bagus. Kemudian juga akademisi-akademisi local itu mungkin perlu terlibat lebih intensif dalam mengawal program,” ungkap Peneliti UGM Setiadi saat penjelasan Forum CSR 2018 SKK Migas dan KKKS di Jatra, Selasa (4/12/2018)
Harapan dengan keterlibatan akademisi local ini ada proses belajar dari program CSR yang bisa menambah kapasitas keilmuan dan teori-teori pendekatan dan metelogi berbasis pengembangan masyarakat.
“Nah ini saya ini hal yang sangat mahal kalau kita karena dnegan cara ini bayangan saya setiap daerah akan memiliki pendekatan-pendekatan yang khusus dalam hal misalnya menentukan stakeholder yang diajak dan bagaimana cara masuk implementasi program, design programnya sampai pendekatan-pendekatan komunitas di Kaltim yang beda di Papua, Sumatra di Jawa. Ini proses pembelajaran yang penting,”tutur akademisi yang sudah 15 tahun ikut memantau program CSR perusahaan ini.
Setiadi sejauh ini cukup optimisi sebagai akademisi dalam keterlibatan sedikit mengawal program-program CSR pada arah yang benar.
Pada kesempatan sama, Budi Muliono praktisi CSR mengatakan persamaan persepsi dan mensinergikan program sangat penting dengan seluruh stakeholder untuk menyukseskan program tanggungjawab sosial (TJS).
“Bicara tentang sosial pembangunan itu bukan semata bicara perusahaan tapi memungkinkan keterlibatan banyak pihak seperti pemerintah, perusahaan, masyarakat,” katanya. Namun dia menegaskan program CSR bukan satu-satunya obat mujarab menyelesaikan secara singkat berbagai problem di lapangan.
Kepala SKK Migas Kalsul Syaefuddin menambahkan dalam Forum TJS ini pihaknya melibatkan akademisi local dengna mengundang perguruan tinggi Balikpapan dan Samarinda.
“Untuk pelibatan akademisi local sebenarnya sudah kita libatkan dalam beberapa kegiatan terutama kegiatan sosial mapping. Itu biasanya kita kawinkan dengan akademisi nasional seperti UGM, UI, ITB. Sehingga akademisi local disamping bekerja juga dapat pengetahuan,” tuturnya.
Lanjutnya dalam pelaksanan pola-pola program CSR dipastikan ada masukan dari berbagai akademisi yang disesuaikan perkembangan masyarakat. “Kita juga dapat masukan dari industry selain hulu migas,kita juga datangkan pemateri diluar Kalsul seperti Jawa Barat, dan Papua,” sebutnya.
Dalam kegiatan ini juga ada sharing sesi dengan perusahaan migas yang memperoleh profer emas yang memiliki program CSR yang bagus dan diharapkan dapat ditularkan ke perusahaan dan masyarakat sehingga ada manfaat nyata bagi stakeholder daerah.
Sementara Humas SKK Migas Kalsul Sebastian menyebutkan ada 204 kegiatan CSR yang diperkirakan anggaran mencapai USD4 juta. “Angka belum fix ya,” sebutnya.
Beberapa program TJS (tanggungjawab sosial) yang terus berlangsung diantaranya beberapa program unggulan bank sampah di kota Tarakan termasuk pengelolaan limbah minyak jelantah menjadi biodiesel, program Joglo Tani di Handil, juga ada program kesehatan di Sulsel membantu pencegahan penyebaran narkoba, kampanya HIV AIDS oleh Chevron (PHKT).
Dalam skala nasional juga terdapat program jargas, pembagian converter kit bagi kendaraan umum dalam peralihan ke BBG. SKK Migas juga memiliki program bina lingkungan di Sulawesi untuk penanaman 19 ribu bibit pohon , pengembangan dan pembuatan jamban MCK dan program lainya.
BACA JUGA