Pemerintah Kota Balikpapan Fokus Penyediaan Air Bersih dan Penanganan Banjir

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Pemerintah Kota Balikpapan menargetkan penyelesaian masalah air bersih dalam tiga hingga empat tahun ke depan. Selain itu, penanganan banjir juga menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan daerah.
Menurut Wakil Wali Kota Balikpapan Bagus Susetyo, penyediaan air bersih bukan sekadar kehati-hatian, melainkan kebutuhan mendesak yang harus diselesaikan dengan perencanaan matang, terutama dalam hal pengadaan dan pembiayaan.
“Masalah air bersih ini krusial, baik dari segi ketersediaan sumber daya maupun pendanaan,” ujar Wakil Wali Kota Balikpapan Bagus Susetyo, saat berdiskusi dengan jajaran PTMB, Selasa (25/3/2025).
Sementara itu, untuk penanganan banjir, pemerintah akan memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta bantuan keuangan dari berbagai sumber.
“Kita harus mulai merancang strategi pengadaan dan pendanaan secara menyeluruh,” tambahnya.
Perkiraan Kebutuhan Air Bersih dan Pertumbuhan Penduduk
Dalam diskusi terbaru dengan berbagai pemangku kepentingan, pemerintah memperkirakan kebutuhan air bersih mencapai 2.500 liter per detik dalam dua tahun ke depan. Perhitungan ini mempertimbangkan pertumbuhan penduduk, terutama dengan adanya pemindahan Ibu Kota Negara.
“Saat ini saja jumlah penduduk sudah signifikan. Kita harus melihat setelah arus mudik Lebaran, apakah ada lonjakan penduduk akibat urbanisasi atau migrasi keluarga baru,” katanya.
Dari total populasi 166 ribu jiwa, pemerintah tengah menghitung persentase penduduk yang harus mendapatkan layanan air bersih. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan sumber daya air dan kapasitas produksi.
Bendungan dan Alternatif Sumber Air Baku
Pemerintah juga menyoroti peran Bendungan Semois Paku yang hanya berfungsi sebagai penampung air hujan, bukan sebagai sumber air baku utama. Hal ini menjadi perhatian, terutama dalam kondisi kemarau panjang yang dapat menyebabkan krisis air.
“Kalimantan Timur pernah mengalami musim kemarau ekstrem, seperti pada tahun 1997 yang berlangsung enam bulan tanpa hujan. Tahun lalu, kita juga menghadapi kondisi dua bulan tanpa hujan yang cukup mengkhawatirkan,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi risiko kekeringan, pemerintah mempertimbangkan opsi mengambil air baku dari Sungai Mahakam. “Jika kita ingin bekerja secara menyeluruh, lebih baik sejak awal kita kaji biaya dan teknis pengambilan air dari sumber yang lebih stabil, seperti Sungai Mahakam, agar tidak menghadapi masalah yang sama di kemudian hari,” jelasnya.
Investasi dan Opsi Pengelolaan Air
Pemerintah juga membuka peluang investasi dalam pengelolaan air bersih. Saat ini, beberapa investor telah menyatakan minatnya untuk berpartisipasi dalam proyek ini.
“Kita harus menilai sejauh mana studi kelayakan (FS) dari setiap investor, baik dalam aspek teknis maupun profitabilitas bagi daerah. Kita juga tidak menutup peluang bagi investor baru yang menawarkan opsi terbaik,” katanya.
Selain itu, pemerintah juga membuka wacana penerapan teknologi desalinasi sebagai alternatif penyediaan air bersih dalam jangka panjang.
“Dalam visi pembangunan, kita memiliki strategi jangka pendek, menengah, dan panjang. Namun, bagi saya, yang terpenting adalah rencana jangka pendek dan menengah yang dapat segera direalisasikan demi kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.***
BACA JUGA