Pemkot Balikpapan Gelar Sosialisasi Imunisasi MR Bagi Sekolah Madrasah dan Pesantren

Sosialisasi Imunisasi MR

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Pemerintah Kota Balikpapan menggelar sosialisasi imunisasi MR di Kantor Kemeterian Agama (Kemenag), selasa (06/11). Sosialisasi itu dilakukan karena masih minimnya tingkat partisipasi siswa sekolah madrasaha dan pesantren dalam imunisasi MR.

Seperti diketahui, hingga Senin (05/11) kemarin, pelaksanaan imunisasi MR baru sekitar 79 persen, sehigga belum sesuai target yakni minimal 95 persen. Sosialisasi dihadiri guru-guru madrasah, sekolah Islam terpadu se Balikpapan.

Dalam kesempatan itu hadir Walikota Balikpapan Rizal Effend, didampingi jajaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) Balikpapan, Kepala Kemenag Balikpapan Hakimin Patang, dan Sekretaris Tim Imunisasi MR Kota dr Esther Vonny.

Dalam kesempatan itu, Rizal Effendi mengakui, memang masih kerap terjadi perdebatan soal kehalalan imunisasi MR. Namun dia memastikan, Kementerian Agama juga didalam memiliki ahli yang terlibat dalam imunisasi MR, begitupula dengan Kementerian Kesehatan.

“Jadi tidak mungkin pemerintah zolim melakukan imunisasi. Masa mereka mau membunuh rakyatnya sendiri dengan ini (imunisasi MR). Kalau kita mengurai kebelakang lagi tidak selesai,” ujar Rizal.

Dia mengungkapkan, imunisasi MR pemerintah memang memprioritaskan anak usia 9 bulan hingga 15 tahun, karena merupakan jumlah yang sangat terbesar. Semntara bahan nya juga terbatas.

“Sementara bahan terbatas Kementerian Kesehatan periotas kan usia ini,” ujarnya.

Semntara Esther Vonny menuturkan, anak usia 9 bulan dan 15 tahun merupakan usia paling muda rentan tertular Campak dan Rubella.

“Pemerintah periotaskan usia 9 bulan sampai 15 tahun paling peka gampang terkena dan jadi sumber penularan,” ujarnya.

Dia menjelaskan, sebenarnya imunisasi wajib dilakukan siapa saja baik orang dewasa maupun ibu hamil karena keterbatasan jumlah vaksin maka diperioritas bagi anak-anak.

“Anak usia ini fataliti tinggi sekali makanya perioritas mereka yang ada diusia itu,” ujarnya.
.
Pelaksanaan imunisasi MR khususnya di sekolah madrasah maupun pesantren yang paling banyak ditolak, karena menyangkut pemahaman dan keyakinan soal kehalalan penggunaan bahan vaksin rubella dari enzim babi.

Hal itu disampaikan Ati salah seorang Guru PAUD Attoyibah Balikpapan. Dia mengakui pihaknya sudah mendapatkan sosialisasi kedua kalinya kepada orangtua murid. Setiap petugas datang ke sekolahnya hanya 4-5 orang tua yang hadir mengikuti sosialisasi imunisasi MR

“Berkali-kali kita lakukan, ketika orang tua menolak kita tidak bisa memaksa. Sebagian besar tidak mau. Jadi tidak bisa kita memaksa mereka yang tidak mau,”ujarnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.