Penanganan Banjir di Balikpapan Dilakukan Bertahap, Perbaikan Titik Banjir Juga Sasar Wilayah Utara dan Timur
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Pemkot Balikpapan saat ini terus berupaya melakukan penanganan banjir namun pelaksanaan dilakukan secara bertahap. Perbaikan bukan hanya dipusatkan di kota tapi juga di wilayah Utara dan Timur. Mengatasi banjir perlu keterlibatan semua pihak termasuk masyarakatnya dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.
Data Pemkot menyebutkan ada 8 daerah aliran sungai (DAS) di Kota Balikpapan. Jika hujan deras daerah sekitar mengalami luapan air sehingga menimbulkan banjir. Dari 8 DAS, terbesar yang kerap menimbulkan banjir adalah DAS Ampal.
Plt Kepala Diskominfo Kota Balikpapan Zulkipli mengatakan ada siklus banjir besar Balikpapan setiap 10 tahun. Banjir besar pernah terjadi pada tahun 2002, dan tahun 2012. Kemudian terulang pada tahun 2022 Balikpapan juga mengalami banjir besar.
“Bahkan banjir tahun 2002 sampai merendam Pasar Sepinggan sehingga para pedagang mengalami kerugian besar,” ujar Zulkipli, Kamis (5/9/2024).
Menurutnya mereka yang tinggal di kawasan Beller dan Gang Mufakat Kampung Damai tentu sudah memiliki mitigasi antisipasi banjir. Seperti membangun rumah panggung dan mempersiapkan evakuasi diri saat terjadi banjir.
“Banjir di Balikpapan pada umumnya terjadi di Kawasan DAS, sehingga pengendalian banjir yang dilakukan oleh Pemerintah Kota berbasis DAS,” akunya.
Baca juga :
Kota Balikpapan Miliki 8 DAS
Di Kota Balikpapan terdapat 8 DAS di dengan 88 titik banjir. Yaitu DAS Somber dengan 12 titik banjir, DAS Wain 1 titik banjir, DAS Pandansari 4 titik banjir, DAS Klandasan Kecil 9 titik banjir, DAS Ampal 32 titik banjir. Das Lamaru-Solok Api 3 titik banjir, DAS Batakan-Manggar 14 titik banjir, dan DAS Sepinggan 12 titik banjir.
“Data emperik Dinas PU mencatat sesungguhnya sudah terjadi penurunan jumlah titik banjir dari waktu ke waktu. Dimana pada tahun 2021 terdapat 79 titik banjir, tahun 2022 ada 60 titik banjir, dan tahun 2023 ada 57 titik banjir,” jelasnya.
“Menurut catatan Info Bencana Balikpapan pada tahun 2024 terdapat 38 titik banjir,” tambahnya.
Adapun luas cakupan kawasan banjir tersebut diatas adalah seluas 244 ha, hanya 2,06 persen dari luasan kawasan permukiman di Kota Balikpapan seluas 11.826 ha. Atau hanya seluas 0,47 persen dari seluruh luas wilayah Kota Balikpapan 51.644 ha.
Perlu Dukungan Berbagai Pihak
Penanganan banjir memerlukan dukungan kemampuan anggaran yang besar dalam membangun sapras terutama drainase dan bendali pengendalian banjir, tertib kesesuaian kegiatan memanfaatan ruang dan perilaku Masyarakat.
“Dari aspek anggaran kebutuhan untuk DAS Prioritas saja memerlukan dana 2,6 triliun. Khusus DAS Ampal yang memiliki sebaran titik banjir paling banyak 32 titik banjir memerlukan dana sekitar 1,6 triliun,” jelasnya.
Sehingga pengerjaan DAS Ampal tahun 2023/2024 pada titik banjir di Global Sport, perumahan Wika dan Jalan MT. Hayono dengan dana Rp 135 miliar, baru sekitar 9 persen dari rencana keseluruhan Masterplan DAS Ampal.
Oleh karena itu tentu saja upaya penanganan banjir memerlukan waktu yang panjang secara bertahap, upaya bersama antara pemerintah, kalangan dunia usaha swasta dan masyarakat, sangat diperlukan secara terus menerus dan harus saling mendukung.
Pemerintah Kota Balikpapan telah menetapkan langkah pengendalian banjir secara terencana dalam dokumen Masterplan drainase tahun 2005, dan telah direvisi menyesuaikan dengan perkembangan tahun 2013 dan terakhir revisi masterplan tahun 2022.
Pada sisi Pemerintah, upaya penanggulangan banjir tentu saja harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan sesuai dengan rekomendasi masterplan.
Segmen Saluran Drainase
Beberapa kegiatan Pemerintah Kota dalam mewujudkan hal tersebut, antara lain pembangunan beberapa segmen saluran drainase. Yakni dengan memperlebar saluran mengacu pada dimensi saluran yang disusun dalam master plan sebagai acuan dimensi minimum.
“Termasuk program dan kegiatan tahun 2024 meliputi Drainase Jalan Sukarno hatta KM 17 Karang joang, drainase RT 34 Kel. Karangjoang (Lanjutan). Kemudian terdapat perbaikan drainase RT 32 Kel. Karang Joang (Lanjutan), jalan Tepo Kelurahan Karangjoang, penanganan Bendali Telaga sari, peningkatan Bendali Blok I, drainase jalan Sultan Hasanuddin Kelurahan Karangjoang, saluran Primer Telindung. Dan perbaikan drainase saluran Sekunder Straat III Hulu, saluran Primer Sepinggan (lanjutan). itu wilayah Utara ya,” jelasnya.
Di wilayah Timur upaya penanganan banjir juga dilakukan yakni melakukan perbaikan drainase. Seperti saluran Primer Lamaru, saluran Primer Batakan Besar dan drainase Rt 54 Manggar. Terbaru yang sedang dikerjakan saluran Sekunder Balikpapan Baru, saluran tersiaer Ampar lestari I, drainase Jalan Ruhui Rahayu serta saluran Sekunder Sepinggan Baru.
Zulkifli menambahkan, kebijakan lainya yang dilakukan pemkot yakni mempertahankan tampungan-tampungan air yang sudah ada. Dengan pekerjaan revitalisasi bendali-bendali seperti ditahun 2024 dilakukan pekerjaan perbaikan dan penataan bendali Telagasari, bendali Blok 1, Bendali Gang Kantil, bendalai Gunung Bahagia, bendali Balikpapan Baru.
“Menambah tampungan baru dengan melakukan pembebasan lahan 10 hektar bendali Ampal Hulu. Selanjutnya meningkatkan koordinasi dengan pemerintah Provinsi dan Pusat dalam peningkatan saluran drainase dan bendali. Diantaranya pembangunan drainase Depsos atas dan bawah, normalisasi bendali Wonorejo yang dilaksanakan oleh SDA PUPR Provinsi Kaltim,” jelasnya.
Fungsi Drainase Dimaksimalkan
Peningkatan peran serta masyarakat dan lembaga dalam pemeliharaan saluran drainase. Sehingga fungsi drainase menjadi maksimal diantaranya dengan kegiatan Padat Karya, Gaban (gerakan bersih saluran) dan Karya Bhakti TNI.
“Kegiatan normalisasi saluran baik yang dilakukan oleh UPT Drainase dan Bozem ataupun bekerjasama dengan pihak ketiga,” imbuhnya.
Selanjutnya pembangunan pintu air dengan sistem pompa – Pompa Saluran Primer Ampal. Pembangunan drainase bersamaan dengan penataan pedestrian sehingga fungsi drainase maksimal dan penambahan estetika kota. Dengan tetap mempertimbangkan pemeliharaan drainase dengan menyediakan manhole dan tali air yang memadai.
“Selama masih dalam kondisi potensi banjir pada kawasan disekitar 8 DAS dan 88 titikbanjir tersebut diatas. Maka Pemerintah Kota selain harus terus melakukan upaya-upaya penanggulangan banjir tersebut diatas secara konsisten dan berkelanjutan” akunya.
Tentu yang juga penting dilakukan adalah menyiagakan kegiatan taktis operasional bagi warga yang terdampak banjir. Seperti memastikan kesiapsiagaan petugas dan perlengkapan evakuasi warga, menyediaan pagan saat warga mengalami gangguan beraktivitas memasak di rumah ketika banjir. Serta melakukan pengaturan kemacetan lalu lintas yang terhambat di titik-titik jalan yang banjir.
Untuk diketahui, salah satu persoalan Balikpapan, yang banyak mendapat perhatian warga adalah banjir. Banjir di kota Balikpapan memang bukanlah barang baru.
Seperti tercatat dalam Sejarah, tahun 1979 dimana pada waktu itu Balikpapan masih relatif hutan belum ada pembangunan dan pembukaan lahan secara massif.
Belum ada perumahan Balikpapan Baru maupun lainnya yang dapat mempengaruhi kodisi daerah aliran sungai (DAS) Ampal.
Kawasan kampung Damai sudah mengalami banjir bandang besar air setinggi atap rumah. Taman Kebun Binatang DAM Balikpapan hancur diterjang banjir sehingga tidak bisa beroperasi lagi. Dan bahkan sampai ada orang yang terbawa arus air hingga tersangkut di atas pohon.
BACA JUGA