Top Header Ad

Pendapatan Usaha Jahit Anjlok Hingga 95 Persen

Sempat tertolong orderan masker, tapi kitab tak lagi produksi masker kecuali ada orderan

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Usaha jahit rumahan semakin terdampak imbas pandemi virus Corona.  Dua bulan terakhir, pendapatan merosot tajam meski sempat agak “tertolong” orderan masker. Jika hingga akhir Juni kondisi belum membaik, usaha jahit semakin terpuruk.

Itu disampaikan Atha Nalurita, pemilik usaha jahit “Modiste Samantha”, di rumahnya, Perumahan Wika Cluster Berau, Balikpapan, Senin (28/4/2020). “Bulan lalu (Maret) masih ada beberapa yang datang untuk menjahitkan baju. Namun bulan April ini, tidak ada. Kalau dikalkulasi, anjoknya pendapatan bisa 90-95 persen,” ujarnya.

Selama April, hanya ada beberapa pelanggan yang membeli baju jadi. Selain jasa jahit, Modiste Samantha juga mengeluarkan produk baju dengan nama “Samantha Project”. Menurut Atha, yang cukup menolong adalah orderan masker.

“Awal April, cukup banyak order masker kain. Selain itu juga membantu teman dan siapa yang memerlukan masker. Meski begitu, setelah banyak yang menjual masker, saya ya tidak lagi bikin masker. Kecuali kalau ada pesanan order masker,” kata Atha.

Selama pandemi Corona, Atha banyak membaca buku fashion, menonton acara fashion di televisi, merancang baju, dan menjahit baju rancangannya. Di rumahnya, Atha mempunyai koleksi ratusan buku, yang sebagian buku/majalah fashion dalam dan luar negeri. Selain itu Atha pun juga makin sering menonton vlog fashion dan akun-akun instagram para pegiat fashion.  

“Sebelumnya ya beraktivitas begitu. Cuma tidak bisa lama karena waktu tersita untuk menjahit baju. Sekarang, banyak waktu luang karena praktis tidak menjahit orderan,” ujar Atha yang memang lahir dari keluarga besar penjahit. Ibu dan dua kakaknya—di Yogyakarta—semuanya penjahit. Atha yang terakhir menekuni jahit sejak akhir 2014.

Atha memaklumi kondisi sekarang memang berat. Semua kesulitan ekonomi sehingga memprioritaskan pengeluaran pada kebutuhan utama, seperti makanan. “Menjahitkan baju adalah kebutuhan tersier. Nyaris semua orang sekarang berkonsentrasi ke kebutuhan primer, atau primer dan sekuder,” kata Atha.

Beberapa pelanggan yang sudah janjian menjahit di bulan ini, akhirnya mengundurkan jadwal. Mereka harus mengalokasikan uang untuk keperluan lain yang lebih utama. Sebagian pun mengurangi keluar rumah. “Datang ke penjahit, baru mereka lakukan secara lega jika pandemi corona usai,” ucapnya.  

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.