Pendidikan Zaman “Now” Menurut Mohammad Nuh
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com —Esensi persoalan dasar pendidikan di Indonesia, jika dirumuskan dalam bahasa yang simple adalah bagaimana caranya seluruh anak Indonesia bisa sekolah hingga perguruan tinggi.
Menteri Pendidikan Periode 2009-2014 Muhammad Nuh berpandangan masalah yang masih dihadapi saat ini adalah masih didapati kasus anak-anak putus sekolah akibat terkendala biaya. Permasalahan ini harus ditanggapi serius oleh pemerintah agar generasi penerus bangsa bisa mendapat pendidikan yang mumpuni untuk memiliki daya saing.
“Kalau sudah bisa sekolah dan kuliah sekolahnya bagus, kampusnya bagus, kualitas juga esensinya disitu. Oleh karena itu persoalannya adalah gimana membuka akses seluas-luasnya. Karena urusan akses itu masih banyak anak-anak kita yang karena keterbatasan ekonominya tidak bisa sekolah atau nggak bisa kuliah,” ujar Mohammad Nuh ketika bertandang ke Balikpapan dalam rangka memeriahkan HUT ke-122 kota.
Pria kelahiran Surabaya ini mengatakan sekarang yang menjadi harapan dan tidak pernah berhenti sekaligus juga kualitas zaman berubah, maka kualitas pun standarnya terus mengikuti perkembangan zaman. Karena kalau tidak mengikuti zaman, maka akan expired.
“Inilah tantangan dunia pendidikan kita itu di situ. Dimana selalu melakukan updating, upgrading, manajemen kompetensi ilmu, update fasilitas. Supaya bisa mengikuti perkembangan. Kalau tidak expired, ” ujarnya.
Diakuinya tantangan yang dihadapi dalam memajukan kualitas pendidikan satu diantaranya adalah infrastruktur. Namun hal itu tidak serta merta menjadi alasan pemerintah untuk memajukan kualitas pendidikan.
Kehadiran teknologi digital untuk dunia pendidikan, kata Mohammad Nur, sangat memungkinkan. Tanpa mengikuti zaman, kemajuan pendidikan di Indonesia akan melambat.
Ia menyebutnya sebagai Digital Dividend. Contoh ruang guru adalah konten pengembangan. Namun kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan pada waktu yang bersamaan tetapi pada tempat yang berbeda, tanpa harus datang ke sekolah.
“Yang memakai internet kan sudah ratusan juta tapi yang mendevelop konten itu masih sangat terbatas. Kalau kita hanya memakai untuk kegiatan biasa ya sayang. Itulah dengan Digital Dividend maka bisa mengganti orang yang tadinya kalau mau belajar harus datang ke sekolah, sekarang tidak harus,” pungkasnya.
BACA JUGA