Pesut Mahakam Terancam Punah, Kini Tersisa Sekitar 60 Ekor
SAMARINDA, Inibalikpapan.com – Keberadaan Pesut Mahakam, mamalia air tawar ikonik Kalimantan Timur (Kaltim), semakin menyusut. Kini, diperkirakan hanya tersisa sekitar 60 ekor di habitat alaminya, Sungai Mahakam.
“Berdasarkan informasi, jumlahnya tinggal 60-an ekor. Ini sangat menyedihkan,” ujar Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim, Akmal Malik, seperti dikutip Inibalikpapan.
Sebagai satu-satunya lumba-lumba air tawar yang hidup di Indonesia, Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) merupakan spesies endemik dan menjadi kebanggaan Kaltim.
Namun, ancaman terhadap kelangsungan hidupnya semakin nyata akibat berbagai faktor, seperti pencemaran air, aktivitas manusia, dan alih fungsi lahan.
Upaya Pelestarian yang Masih Minim
Pemerintah Provinsi Kaltim telah mengambil beberapa langkah simbolis untuk meningkatkan kesadaran, salah satunya dengan membangun sculpture Pesut Mahakam karya seniman John Martono.
Patung ini berdiri di ujung Jembatan Kembar (Mahakam IV), sisi Samarinda Seberang, sebagai landmark baru dan pengingat pentingnya pelestarian spesies ini.
“Pesut Mahakam adalah harta berharga yang harus kita jaga dan pelihara bersama,” ujar Akmal Malik.
Ia menegaskan bahwa keberadaan sculpture ini bukan sekadar estetika, tetapi juga sebagai sarana edukasi masyarakat tentang kondisi kritis habitat Pesut Mahakam.
Namun, langkah simbolik ini memunculkan pertanyaan mendasar: sejauh mana Pemerintah berkomitmen mengambil tindakan konkret untuk menyelamatkan spesies ini dari kepunahan?
Ancaman Nyata di Habitatnya
Sungai Mahakam, yang menjadi satu-satunya habitat Pesut Mahakam, menghadapi ancaman serius dari berbagai aktivitas manusia. Pencemaran air akibat limbah industri, perkapalan, hingga alih fungsi lahan untuk tambang dan perkebunan, menjadi penyebab utama menyusutnya populasi spesies ini. Tanpa tindakan nyata untuk mengatasi ancaman ini, keberadaan Pesut Mahakam hanya akan menjadi sejarah.
BACA JUGA : Induk Pesut Mahakam dan anak (Foto RASI-Pokdarwis)
Harapan dan Tanggung Jawab Bersama
Akmal Malik menekankan pentingnya menjaga kebahagiaan masyarakat melalui pelestarian kekayaan alam dan budaya lokal. “Salah satu tugas pelayanan publik adalah membuat rakyat bahagia, dan kebahagiaan itu lahir dari rasa bangga terhadap warisan budaya dan kekayaan alam kita,” ujarnya.
Ia berharap, sculpture Pesut Mahakam dapat menjadi simbol kebanggaan dan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama melindungi spesies ini. Namun, kesadaran tanpa tindakan nyata tidak akan cukup.
Masa Depan Pesut Mahakam
Keberadaan sculpture Pesut Mahakam di Samarinda mungkin mencerminkan kebanggaan warga Kalimantan Timur, tetapi upaya pelestarian tidak bisa berhenti pada simbol. Perlu ada sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk menyelamatkan ikon Kaltim ini dari ancaman kepunahan.
Tanpa langkah nyata, Pesut Mahakam hanya akan menjadi kenangan dalam sejarah. Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat bersama-sama melindungi warisan alam yang tak ternilai ini.
BACA JUGA