Polusi India Memburuk Di Angka AQI Tertinggi
NEW DELHI, inibalikpapan.com – Warga di negara bagian utara India terpaksa hidup berdampingan dengan polusi udara sangat buruk pada Selasa (19/11/2024). Kualitas udara di Delhi juga sangat parah dimana lapisan kabut tebal menyelimuti sebagian besar wilayah.
India berjuang melawan polusi udara setiap musim dingin. Paslnya udara dingin dan berat menjebak debu, emisi, dan asap dari kebakaran pertanian ilegal di negara bagian pertanian Punjab dan Haryana yang berdekatan.
Indeks kualitas udara (AQI) mencapai puncaknya di angka 491 di Delhi pada hari Senin, 18 November 2024.
Hal ini memaksa pemerintah memberlakukan pembatasan pergerakan kendaraan dan kegiatan konstruksi, dan sekolah-sekolah untuk mengadakan kelas daring.
Pada hari Selasa, indeks kualitas udara (AQI) Delhi selama 24 jam berada pada angka 488 pada skala 500, kata Badan Pengendalian Polusi Pusat (CPCB) India.
Sedikitnya lima stasiun di ibu kota melaporkan AQI sebesar 500.
CPCB mendefinisikan pembacaan AQI 0-50 sebagai ‘baik’ dan di atas 401 sebagai ‘parah’. Hal ini tentu berisiko bagi orang sehat dan berdampak serius bagi mereka yang memiliki penyakit.
Kelompok penerbangan Swiss IQAir menempatkan New Delhi sebagai kota paling tercemar di dunia dengan kualitas udara pada angka berbahaya 489.
Meskipun angka tersebut turun signifikan dari pembacaan hari Senin sebesar 1.081.
Para ahli mengatakan skornya bervariasi karena berbeda negara adopsi perbedaan skala negara untuk mengubah konsentrasi polutan menjadi AQI.
Sehingga jumlah polutan tertentu yang sama sebanding dengan skor AQI yang berbeda di berbagai negara.
Departemen cuaca India mengatakan pergeseran lapisan kabut ke arah negara bagian utara Uttar Pradesh telah membantu meningkatkan jarak pandang di Delhi.
Jarak pandang turun hingga nol meter di Agra, Uttar Pradesh, yang terletak di tenggara Delhi.
Taj Mahal, monumen legendaris India bahkan telah tertutup oleh kabut asap beracun selama hampir seminggu.
Langkah-langkah ketat mengurangi dampak polusi tinggi telah merugikan produksi di lebih dari 3,4 juta usaha mikro, kecil, dan menengah. Hal ini terjadi di negara bagian tetangga Punjab, Haryana, dan Delhi, begitu kata media lokal seperti dikutip dari Reuters.
BACA JUGA