Presiden Jokowi Keluhkan Sulitnya Impor Beras dan Gandum

Presiden Jokowi saat meresmikan pabrik amonium nitrat PT Kaltim Amonium Nitrat di Kota Bontang, Kamis (29/02/2024).

BONTANG, Inibalikpapan.com – Presiden Joko Widodo menggarisbawahi pentingnya kemandirian pangan ditengah krisis pangan yang sedang melanda dunia.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam sambutannya, saat meresmikan pabrik amonium nitrat PT Kaltim Amonium Nitrat di Kota Bontang, Kamis (29/02/2024).

Presiden Jokowi menyoroti sulitnya mengimpor bahan pangan pokok seperti beras dan gandum, yang sebelumnya mudah didapatkan dari 22 negara namun kini mengalami pembatasan ekspor.

“Artinya, pangan ke depan menjadi sangat penting bagi semua negara dan produktivitas pangan kita memerlukan yang namanya pupuk,” ujar Presiden Joko Widodo dikutip inibalikpapan.

Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya upaya berkelanjutan untuk mencapai kemandirian dalam produksi barang dan produk lainnya, tidak terbatas hanya pada amonium nitrat.

Dengan demikian diharapkan Indonesia dapat sepenuhnya mengendalikan kebutuhan domestiknya dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.

“Tidak hanya urusan amonium nitrat, tetapi juga barang-barang dan produk-produk kita yang masih impor. Harus semuanya bisa diproduksi di dalam negeri karena kita memiliki kekuatan untuk itu,” tandasnya.

Turut mendampingi Presiden dalam peresmian tersebut antara lain Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Wiranto, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Pj. Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik, dan Wali Kota Bontang Basri Rase.

Selain itu, hadir juga Direktur Utama Holding Industri Pertahanan (DEFEND ID) Bobby Rasyidin, Direktur Utama Holding Pupuk Indonesia Rahmat Pribadi, Direktur Utama PT Dahana Wildan Widarman, dan Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Budi Wahju Susilo.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.