Pria di China Yang Tabrak Puluhan Orang Dijatuhi Hukuman Mati
BEIJING, inibalikpapan.com – Seorang pria yang tewaskan puluhan orang yang sedang berolahraga di luar stadion di China didakwa hukuman mati.
Pengadilan menyatakan Fan Weiqiu, nama pria itu, membahayakan keselamatan publik.
Setidaknya 35 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan 11 November di Zhuhai
Serangan menjadi yang paling mematikan di China selama satu dekade.
Menurut pengadilan, pria berusia 62 tahun itu sengaja untuk menabrakkan mobilnya ke arah kerumunan orang di lintasan lari dengan kecepatan tinggi.
Pria ini beralasan bahwa ia tidak puas dengan pembagian harta gono gini setelah keputusan pengadilan.
Pengadilan menggambarkan motifnya sebagai tindakan sangat keji dengan cara yang sangat kejam.
Seorang saksi mengatakan kepada majalah berita Caixin bahwa ia sengaja terus mengitari lapangan dan menabrak banyak orang sehingga korban terluka di semua area lintasan lari.
Lokasi ini memang sangat populer bagi orang-orang untuk berolahraga.
Fan mengakui kesalahannya di depan keluarga korban dan anggota masyarakat sebelum dapatkan dakwaan hukuma mati, begitu dikutip dari media China Xin Hua.
Sebelum dijatuhi hukuman mati ini, ia sempat dilaporkan koma setelah ia menusuk diri sendiri,
Sederet Serangan di China Dalam Kurun Waktu Setahun
Serangan tersebut adalah salah satu dari 19 serangan yang menargetkan orang asing yang terjadi di seluruh China tahun ini.
Tragedi tersebut termasuk dua serangan dalam waktu seminggu setelah serangan Zhuhai.
Tidak semua serangan melibatkan kendaraan.
Pada bulan Februari, penusukan massal dan serangan senjata api di Shandong pada bulan Februari menewaskan sedikitnya 21 orang.
Secara total, sedikitnya 63 orang tewas dan 166 orang terluka dalam serangan ini.
Jumlah tersebut merupakan peningkatan tajam dari tahun-tahun sebelumnya dimana 16 orang tewas dan 40 orang terluka pada tahun 2023.
Beberapa pihak berpendapat bahwa peningkatan serangan menunjukkan peningkatan umum dalam frustrasi dan kemarahan warga terkait lambatnya ekonomi dan ketidakpastian.
“Ini adalah gejala masyarakat dengan banyak keluhan yang terpendam,” kata Lynette Ong, profesor politik China di Universitas Toronto di Kanada, kepada kantor berita AFP pada bulan November.
BACA JUGA