Program Semur Cendawan Waru, Bukti Nyata PHKT Majukan Perekonomian Warga

Semur Cendawan, Kecamatan Waru, PPU
Anggota Kelompok Wanita Tani Dahlia menunjukan jamur tiram. Kiri- Wati, Siti Aminah, Astuti, Endang dan Sumiati

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Berawal dari melimpahnya limbah serbuk kayu di sekitar Kecamatan Waru, Warga Rt 27  Kabupaten PPU berhasil memanfaatkan sebagai media tanam jamur tiram.

Mereka juga memanfaatkan areal pekarangan rumah yang awalnya kurang produktif dijadikan kompartemen/bilik budidaya jamur. Mengingat banyak tanah/ areal di PPU yang beralih fungsi karena kebutuhan.

Misyem (48) bersama 7 anggota yang merupakan ibu-ibu, awalnya membantu kelompok tani budidaya jamur milik Wahab, Bintang Timur.  Bersama Siti Aminah, Wati, Sumiati, Diah Idawati, Yuli , Astuti Anwar dan Endang sejak 2018 melakukan budidaya  jamur tiram dengan alat seadanya.

Dengan tenaga dan peralatan yang seadanya Misyem dan anggota tetap semangat menjalani usaha tersebut. Padahal permintaan jamur Tiram cukup tinggi.

“Minatnya banyak cuma pengolahan kan manual gak banyak produksi. Periode 2018-2020 kurang tenaga dan alat jadi kendala.  Tahun 2021 akhir pindah ke halaman  rumah sendiri masih semangat walaupun tenaga dan hasil pas-pasan,” cerita Misyem saat ditemui pada Sabtu (26/10/2024).

Sejak 2021 Misyem bersama 9 anggota mendiri Kelompok Wanita Tani (KWT) Dahlia. Sejak dibantu Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) pada 2022, terutama bantuan alat untuk  pengaduk dan pengayak sekam, steam,  kini mampu membuat baglog sebanyak 1000 per pekan. Atau sekitar 6000 baglog dalam sebulan.

“Sebelumnya 500-600 saja karena capek ngaduknya. Bahan sekam ambil di soumel. Kalau dedak, kapur, kita beli. Dari 10 anggota yang aktif hanya 8 saja,” ujarnya.

KWT Dahlia kini sudah menikmati kerja kerasnya selama beberapa tahun. Tiap hari panen jamur tiram sekitar 9-13 kg. Hasil lumayan bisa dinikmati perbulannya bahkan bisa untuk lebaran.

Apalagi saat ini harga jamur tiram perkg untuk basah dijual Rp50 ribu, belum lagi dengan baglog plus bibit dijual Rp6.000.

Jamur hasil budidaya juga dibuat sajian lainya sebagaii nilai tambah. Diantaranya Steak camur, sate, pentol, krispi. Penjualan produk olahan jamur maupun jamur tiram segar tidak sulit. Sebab pembeli di sekitar lingkungan juga banyak. Belum lagi restoran yang menjadi pelanggan.

“Komsumsi warga sekitar. Ada juga pembeli dari Palu Sulwesi. Kalau restoran ada  membeli tiap hari pesan 5 kg. Kita juga jual di kios PKK dan Kios NU. Untuk olahan seperti krispi jamur kita juga jual di pameran dan alun-alun,” ungkapnya.

Anggota KWT Dahlia, Wati menyatakan bantuan program CSR dari PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, sangat membantu KWT.

“Kita kan perempuan gak bisa banyak kalau ngaduk sekam dan ngayak. Dengan adanya alat dari PHKT sangat terbantu,” tutur Wati.

Pihaknya menilai program PHKT telah ikut membatu memajukan perekonomian warga Kelurahan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara khususnya Rt 27.

Melalui Program Semai Jamur dengan Cerdas dan Berwawasan Pangan, atau disingkat Semur Cendawan, membantu warga dalam proses pembibitan dan pengembangan budidaya jamur pada Kelompok Bintang Jamur. “Ya membantu sekali. Sekarang ini baru dua kompatemen. Satu kompatemen itu bisa muat 10.000 baglog. Tapi satunya dipakai untuk pembibitan,” tambah Wati anggota dari KWT Dahlia.

Baca juga :

Pola Pikir Masyarakat Mulai Berubah, Olah Lahan Tidur Jadi Produktif

Di lokasi yang sama, juga terdapat Kelompok Bintang Jamur. Kelompok Bintang Jamur kelola Abdul Wahab (53) juga memberdayakan ibu-ibu dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Dahlia. 

Abdul Wahab Ketua Kelompok Bintang Jamur

Sama dengan KWT Dahlia, Kelompok yang tani yang dikelola Wahab juga awalnya menjalankan produksi jamur dengan cara konvensional.  Namun, sejak ada pendampingan dari PHKT pada tahun 2022, budidaya jamur mulai memanfaatkan limbah serbuk kayu. 

Menurut Abdul Wahab inovasi ini turut membantu penyelesaian masalah limbah serbuk kayu di desanya, Kelurahan Waru, yang menghasilkan limbah baglog sekitar 36 ton per tahun.

 “Sejak dicetuskannya Program Semur Cendawan, pola pikir masyarakat sekitar terhadap permasalahan alih fungsi lahan yang terjadi dapat diubah dengan aksi pemanfataan lahan yang tersisa melalui kegiatan intensifikasi,” ujar Wahab kepada media, Sabtu (26/10/2024).

Adapun jamur yang dihasilkan Kelompok Bintang Timur, diantaranya ada jamur tiram, jamur kerang, jamur kuping. Tapi untuk saat ini masih banyak produksi untuk jamur tiram.

“Dalam proses pembibitan diperlukan waktu 45 hari baru bisa memanen hasilnya,” ucapnya.

Meski begitu, Wahab tak memungkiri jika diawal pekerjaaanya dalam pembibitan jamur ada kendala dihadapi, seperti penggunaan alat yang masih manual. Hingga akhirnya mendapat bantuan alat dari PHKT dan pemberian ilmu pengelolaan bibit jamur.

“Melalui Sterilisasi Media Jamur Dalam Bejana (SEMENJANA), Pengkabut Rumah Cendawan dengan Terencana (BUMANTARA), dan Kompor Minyak Jelantah dengan Blower Tenaga Surya (KOMJEN BOSURYA),” kata Wahab.

Bantuan PHKT Menjawab Kebutuhan Pasar

Dengan adanya bantuan dari PHKT ini, menjawab kebutuhan pasar jamur yang sangat potensial. Proses produksi jadi lebih cepat, banyak dan sterilisasi. Dulu jika masih gubakan alat manual hanya bisa mensterilkan dan menampung 50 Baglog (media tanam jamur, red). 

“Sekarang dengan menggunakan alat bantuan PHKT bisa menampung 300-600 baglog,” ujarnya.

Dalam proses 1 baglog memiliki berat 1 kg diiisi bahan bibit jamur tiram FO adalah potato dextroses agar (PDA). Kemudian dari FO diturunkan menjadi F1 yanng merupakan turunan dari FO bibit. 

“Dimana satu botol FO bisa menghasilkan 50 botol F1,” akunya.

Tahap selanjutnya bibit dari F1 ini diturunkan lagi menjadi F2 yang dapat menghasilkan beribu-ribu bibit yang akan dimasukkan ke dalam baglog media tanam.

“Dalam proses pembibitan di baglog diperlukan suhu ruangan yang mencapai 30 derajat celcius,” akunya.

“Kalau gagal banyak faktor kadang proses pengisian bibit ke baglog harus steril dan kebersihan lokasi  pengukusan, agar mematikan spora jamurnya, sehingga yang benar-benar menjalar adalah  jamur yang kita tanam,” sambungnya.

Untuk media tanam jamur yakni baglog hanya bisa dipergunakan 4 kali panen, setelah itu baglog dari dari limbah serbuk kayu akan diolah menjadi pupuk untuk membantu penyuburan tanaman warga.

“Biasanya setelah 4 kali panen ini, dalam baglog sudah tidak tersisa lagi nutrisi bibit jamurnya,” tuturnya.

Kata Wahab dulunya untuk bahan baku bibit jamur biasanya didatangkan dari pulang jawa dengan harga yang relatif lebih mahal, karena ini berpengaruh dengan harga ongkos pengiriman.

“Belum lagi sampai sini ada bibit jamur yang sudah terkontaminasi,” sebutnya.

Dimana sekali  panen bisa menghasikkan 20 kg jamur. Dengan rentan 1 baglog bisa sampai 4 kali panen. Untuk pemasaran bagi Wahab juga cukup besar. Biasanya disalurkan ke rumah-rumah makan yang ada di PPU dengan harga Rp 50 ribu perkilogram.

“Ada juga pembeli yang datang kesini untuk mencari langsung, tapi kami belum sanggup memenuhi permintaan yang cukup banyak,” imbuhnya.

Head of CRC Zona 10 Subholding Upstream Pertamina, Dharma Saputra mendampingi media visit ke lokasi Program Semur Cendawan

PHKT Bantu Alat dan Ilmu Pengelolaan Bibit

Head of CRC Zona 10 Subholding Upstream Pertamina, Dharma Saputra mengatakan, melalui program CSR dari PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, berhasil menjadi satu-satunya pusat pengembangan dan pembelajaran (learning center) jamur di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur.

“Melalui Program Semai Jamur dengan Cerdas dan Berwawasan Pangan, atau disingkat Semur Cendawan,” ujar Dharma.

PHKT mengembangkan kapasitas kelompok tani dalam budidaya jamur yang sekaligus mendukung pelestarian lingkungan melalui pemanfaatan limbah serbuk kayu yang selama ini dibakar menghasilkan emisi karbon. 

Tak hanya itu, program CSR unggulan PHKT Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS) ini turut berkontribusi mendorong kemandirian pangan di wilayah yang kini menjadi lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) tersebut.

“Program Semur Cendawan pernah meraih penghargaan Platinum (Elite) pada Nusantara CSR Awards 2024 pada kategori Mengakhiri Kelaparan melalui program CSR. Pada tahun 2023 lalu. Program ini pun mengantarkan PHKT-DOBS untuk meraih penghargaan Emas pada Anugerah Lingkungan PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),” jelasnya.

Dharma Saputra menjelaskan, bahwa Program Semur Cendawan dirintis sejak awal 2022. Ide awalnya bermula dari keinginan untuk menjawab tantangan bagaimana mengurangi limbah serbuk kayu. 

“Sebelum dilakukan pendampingan dari PHKT, pertanian jamur tiram masih dalam skala kecil yang dikelola oleh satu kelompok saja. Kini dengan adanya pendampingan, kemitraan di masyarakat semakin berkembang dalam mendukung ketahanan pangan wilayah sekitar,” terangnya.

Menurut Dharma pemanfaatan serbuk kayu turut mengurangi pembakaran total sekitar 240 ton per tahun limbah pabrik penggergajian (sawmill). Kegiatan ini juga mengurangi penggunaan pupuk kimia 54 ton per tahun. Karena baglog jamur yang sudah tidak terpakai digunakan sebagai campuran pupuk organik bersama kotoran hewan, serta pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 40,77 ton CO2eq/tahun.

“Program Semur Cendawan dapat menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan pangan, mendukung upaya pelestarian lingkungan, dan menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan,” tutur Dharma.

Dorong Peningkatan Kapasitas dan Kemandirian

Program-program CSR Perusahaan, lanjut Dharma, senantiasa mendorong peningkatan kapasitas dan kemandirian penerima manfaat langsung maupun tidak langsung. Penetapan Program Semur Cendwan sebagai pusat pembelajaran budidaya jamur berdasarkan pada surat edaran Dinas Ketahananan Pangan Kabupaten PPU.

Berbagai inovasi yang dikembangkan dalam program ini, antara lain berupa intensifikasi pertanian di lahan pekarangan melalui pembangunan apartemen jamur, pembentukan pusat pembelajaran, Model Bisnis Kemitraan Plus bersama Masyarakat (Mitra Plusma), Olahan Produk Jamur, serta penerapan teknologi sederhana yaitu Sterilisasi Media Jamur Dalam Bejana (SEMENJANA).

“Semenjana ini pemanfaatan  limbah plat 2,5 ton untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sterilisasi baglog jamur tiram,” akunya.

Kemudian ada Pengkabut Rumah Cendawan dengan Terencana (BUMANTARA) yakni pemanfaatan limbah pipa tubing 67kg untuk meningkatkan kelembapan apartemen jamur tiram.

Selanjutnya ada Kompor Minyak Jelantah dengan Blower Tenaga Surya (KOMJEN BOSURYA) yaitu Pemanfaatan dari limbah minyak jelantah sebanyak 38liter/minggu untuk bahan bakar sterilisasi baglog jamur dan penggunaan panel surya untuk sumber energi blower.

“Melalui proses Semenjana ditambah Komjen Borsurya dihasilkan proses sterilisasi baglog jamur dengan Rp 0 dan lebih ramah lingkungan,” akunya.

Kehadiran pusat pembelajaran di program ini menjadi media pembelajaran kolektif kelompok atau masyarakat yang ingin memiliki komoditas penyangga di pekarangan melalui budidaya jamur tiram dan hortikultura.

“Pengembangan budidaya jamur tiram ikut dorong inovasi sosial model bisnis inti plasma dan pelibatan aktif kelompok pembudidaya jamur dan kelompok wani tani di Kelurahan Waru,” tuturnya.

“Adanya program ini peningkatan pendapatan anggota kelompok sebesar Rp1,3 juta perbulan. Penerapan teknologi sederhana dalam produksi jamur yang lebih produktif dan ramah lingkungan dan menjadi wadah pembelajaran kolektif budidaya jamur,” pungkasnya.

Penulis : Amir Syarifuddin dan Ramadani

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.