Top Header Ad

Puasa Ramadan 1446 Hijriah Kemungkinan Digenapkan 30 Hari

pengamatan hilal
Wali Kota Balikpapan melakukan pengamatan hilal di menara BIC, Minggu (10/3/2024)

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Kepala Stasiun Geofisika Balikpapan Rasmid, mengungkapkan bahwa berdasarkan hisab yang dilakukan BMKG, konjungsi atau istimak momen ketika Matahari, Bulan, dan Bumi berada dalam satu garis lurus—terjadi pada Jumat, 29 Maret 2024, pukul 18.58 WITA. 

Sementara itu, waktu Maghrib di wilayah Indonesia tengah jatuh pada pukul 18.23 WITA, yang berarti konjungsi terjadi setelah matahari terbenam.

“Karena konjungsi terjadi setelah Maghrib, maka kemungkinan besar puasa Ramadan tahun ini akan digenapkan menjadi 30 hari,” jelas Rasmid.

Ia menjelaskan bahwa dalam penentuan awal bulan Hijriyah, umumnya konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam. Namun, karena kali ini terjadi setelah waktu berbuka puasa, maka hilal atau bulan sabit muda masih berada di bawah ufuk, yakni dengan ketinggian minus 1 derajat.

“Kondisi ini menyebabkan hilal tidak mungkin terlihat di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Aceh hingga Merauke. Selain itu, elongasi atau jarak sudut antara pusat Matahari dan pusat Bulan masih sangat kecil, belum memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Menteri-Menteri Agama Asia Tenggara,” tambahnya.

Keputusan Resmi Tunggu Pemerintah

Lebih lanjut, Rasmid mengungkapkan bahwa umur bulan dihitung sejak konjungsi terjadi hingga matahari terbenam. Karena konjungsi baru terjadi setelah Maghrib, maka umur bulan masih negatif, yang berarti belum memasuki bulan baru. Oleh karena itu, kemungkinan besar puasa akan digenapkan hingga 30 hari, dan 1 Syawal 1445 H akan jatuh pada Minggu, 31 Maret 2024.

“Pada 31 Maret, ketinggian hilal diperkirakan sudah cukup tinggi, sekitar 10 derajat, dengan umur bulan mencapai 23 jam. Dengan demikian, kemungkinan besar pada tanggal tersebut kita akan merayakan Idulfitri,” jelasnya.

Namun, keputusan resmi tetap menunggu hasil Sidang Isbat yang akan dilakukan oleh Kementerian Agama RI. Data dari BMKG dan berbagai instansi terkait akan disampaikan dalam sidang tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan awal bulan Syawal.

“Kami tetap menunggu keputusan Sidang Isbat dari Kementerian Agama. Data dari BMKG di seluruh wilayah Indonesia akan dikirimkan dan dijadikan dasar dalam sidang tersebut,” pungkas Rasmid.***

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses