Puluhan Warga DIY Dicurigai Terserang Antraks, Kenali Penyebabnya

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com– Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie, mengonfirmasi adanya 53 kasus suspek antraks di wilayah provinsi mereka.

Menurut Pembajun, informasi mengenai 53 kasus yang dicurigai terkena Antraks didapat melalui hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE).

Penyelidikan tersebut dilakukan pada tanggal 8 hingga 9 Maret 2024. Penelusuran dimulai setelah dugaan kasus Antraks muncul di beberapa wilayah perbatasan. Ambil contoh kawasan Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Kapanewon Prambanan, Sleman, Kayoman, Serut, dan Gedangsari Gunungkidul.

Saat itu, Dinas Kesehatan Gunungkidul menerima laporan dari Dinkes Sleman. Soal beberapa warga yang dirawat di RSUD Prambanan dengan gejala Antraks pada tanggal 8 Maret 2024.

Langkah penyelidikan epidemiologi pun segera dilakukan untuk mengetahui penyebarannya.

“Pasien dari RS Prambanan memicu koordinasi Dinkes Gunung Kidul, Puskesmas Gedangsari 2, dan RSUD Prambanan,” katanya dilansir dari Suara -jaringan inibalikpapan.com-.

“Pada tanggal 8 Maret, bersama Satuan Tugas One Health, dilakukan penyelidikan epidemiologi gabungan. Di wilayah perbatasan Kayoman, Serut, Gedangsari, Gunungkidul dan Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan,” jelas Pembajun.

Berawal dari Kambing Pembagian

Hasil penelusuran menunjukkan bahwa pada 12 Februari 2024, seekor kambing milik seorang warga di Gunungkidul bernama S ditemukan meninggal. Tiga kambing lainnya disembelih dan dagingnya dibagikan kepada warga sekitar.

Hari berikutnya, seorang sapi milik S juga ditemukan mati. Namun, malam itu, sapi tersebut dikuliti dan dagingnya dibagikan kepada warga.

“Pak Dukuh telah memberikan peringatan, namun ternyata dagingnya telah dibagikan ke berbagai tempat,” tambah Pembajun.

Kejadian serupa terjadi pada 24 Februari 2024. Ketika satu kambing milik S mati dan kemudian disembelih dan dikuliti di rumah tetangganya. Dagingnya pun dibagikan kembali kepada warga.

Pada 2 Maret 2024, S sendiri mengalami gejala demam, sakit kepala, dan ruam di sekitar wajah yang kemudian membengkak. Dia dilarikan ke RSUD Prambanan, sementara istri S juga mengalami gejala yang sama.

Pada 7 Maret 2024, lanjut Pembajun, laporan tentang satu sapi dan dua kambing milik S yang mati mendadak muncul.

“Dalam beberapa hari berikutnya, banyak warga sekitar yang mengalami gejala panas dan muntah. Hasil PE pada 8 Maret 2024 menunjukkan bahwa dari total 23 orang yang diperiksa, 16 orang tidak mengalami gejala. Sementara 7 orang mengalami gejala,” jelasnya.

Pembajun menambahkan bahwa pada 9 Maret 2024, Puskesmas Gedangsari 2 melaporkan bahwa 30 warga di Padukuhan Kayoman telah diperiksa. Dari hasil pemeriksaan tersebut, 20 orang tidak mengalami gejala, sementara 10 lainnya mengalami gejala.

“Sampel diambil dan profilaksis diberikan kepada yang tidak bergejala, sedangkan yang bergejala diberikan amoksilin dan ciprofloxacin. Sampel telah dikirim untuk pemeriksaan lebih lanjut,” tambahnya.

Pembajun berharap adanya kerjasama lintas sektor untuk memutus mata rantai penyebaran Antraks, terutama di wilayah Gunungkidul yang sering terkena dampaknya.

“Kami berharap pemerintah daerah dan OPD terkait meningkatkan kewaspadaan dan melakukan lebih banyak edukasi. Terutama menjelang hari raya dan momen Idul Adha yang akan segera tiba,” tambahnya.

Kenali Penyebab Antraks

Menurut situs resmi Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Antraks adalah penyakit menular akut pada hewan dan manusia. Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini paling sering ditemukan pada hewan pemakan tumbuhan, baik liar maupun ternak.

Hewan ternak dapat terinfeksi Antraks melalui air atau pakan yang terkontaminasi dengan spora Bacillus anthracis. Ternak yang sakit dapat dengan mudah menularkan penyakit ini kepada ternak lain melalui cairan tubuh. Kemudian dapat mencemari tanah dan menjadi sumber wabah bagi manusia.

Penyakit Antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang hidup dan berkembang biak di dalam tubuh hewan maupun manusia yang terinfeksi. Bakteri ini juga dapat membentuk spora, yang dapat bertahan lama di dalam tanah.

Manusia dapat tertular Antraks melalui kontak dengan hewan yang sakit. Atau menggunakan produk dari hewan yang terinfeksi, seperti kulit atau bulu.

Gejala Antraks pada manusia umumnya berupa gangguan pada kulit, yang muncul 1-7 hari setelah kontak dengan hewan yang terinfeksi. Gejala ini dapat berupa luka terbuka atau lecet yang gatal dan berubah menjadi borok bernanah. Luka ini biasanya muncul di lengan, kepala, atau leher. Dapat berlangsung selama dua minggu sebelum akhirnya menjadi jaringan parut permanen.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.