Rafiuddin : GSU Jadi Pilot Project Program Kota Kita
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan melalui Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperkim) Balikpapan menginisiasi program “Kota Kita” untuk penataan permukiman berkelanjutan. Terutama dalam pengentasan kawasan kumuh.
Kota Kita merupakan kelanjutan dari program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) yang telah berakhir pada 2023. Kali ini dalam Kota Kita, Disperkim Balikpapan menargetkan kawasan Kelurahan Gunung Sari Ulu (GSU) sebagai pilot project.
Ada pun indikator kumuh yang dikejar yakni penyediaan air bersih dan proteksi kebakaran. Khususnya pada RT 29, RT 35, RT 37, RT 40 Kelurahan GSU.
“Jadi nantinya kegiatan kita berupa peningkatan sumur bor dalam yang sudah ada di RT 35. Dengan adanya sumur bor dalam di wilayah tersebut, dapat mencangkup untuk empat RT,” kata Kepala Disperkim Rafiuddin kepada wartawan, Senin (19/8/2024).
Menurut Rafiuddin, sebelum adanya program “Kotaku” telah dilakukan pembangunan sumur dalam di kawasan RT 35 tersebut pada 2022 lalu.
Meski sudah ada sumur bor dalam sebagai air baku, namun air baku tersebut belum bisa digunakan atau dimanfaatkan oleh warga sekitar, lantaran kondisi air berwarna kuning dan belum layak menjadi air bersih. Sehingga pihaknya berencana akan melakukan treatment terlebih dahulu
“Nantinya kami akan melakukan treatment terlebih dahulu, agar air baku ini bisa dimanfaatkan warga secara maksimal,” terangnya.
Untuk diketahui dalam program Kota Kita, Disperkim menggunakan metode kerja sama pentahelix agar bisa mewujudkan Balikpapan sebagai kota layak huni. Dalam mewujdukan hal itu, pemerintah berkolaborasi dengan swasta, akademisi, masyarakat serta media.
Terutama sektor swasta dalam hal penyediaan dukungan pengadaan infrastruktur agar air baku menjadi layak. Saat ini pihaknya telah melakukan rapat dan koordinasi dengan beberapa perusahaan.
“Kami sudah rapat dengan perusahaan. Mereka menyambut positif dan tinggal menunggu tindak lanjut,” pungkas Rafiuddin.
Sebagai Penyangga IKN
Mengapa program ini harus diwujudkan, sebab Ibu Kota Negara (IKN) kata Rafiuddin sudah pindah ke Kaltim. Daerah paling terdampak adalah Balikpapan. Bukan hanya itu, ‘proyek raksasa’ Refinery Development Master Plan (RDMP) Pertamina atau peningkatan proyek kilang Balikpapan yang berdasarkan data menyerap 19 ribu tenaga kerja dan sekarang sudah sekitar 10 ribu tenaga kerja.
“Apapun alasannya Kota Balikpapan ini sudah seperti ‘gula’, kedatangan ‘semut’ dari luar daerah. Mereka menginap di sekitar 6 kecamatan Kota Balikpapan. Tentu, ini menambah kontribusi kota seperti sampah, sanitasi, limbah dan air bersih dan lainnya. Sehingga, harus sama-sama dicarikan solusi,” kata Rafiuddin
Nantinya, kata Rafiuddin, tak melulu membahas persoalan yang jadi domain tugas dan fungsi (tusi) Disperkim tetapi juga Dinas Kesehatan Kota (DKK), Dishub, PDAM, Bappeda-Litbang, perizinan dan yang paling penting juga keamanan, ketertiban masyarakat (kamtibmas). Sehingga, narasumbernya sangat bervariatif.
“Kami ingin jadikan program ini nanti menjadi ajang curhat tetapi goalnya adalah bagaimana memecahkan persoalan secara baik, regulatif dan solutif. Kita coba di sejumlah titik dulu nanti,” kata Rafiuddin yang menyerahkan konseptor dan desain program ini nanti kepada stafnya Edy Saputra
BACA JUGA