Rekomendasi Komnas HAM akan Diserahkan ke Presiden

Komisioner Komnas HAM Choirul Anam. (Suara.com)

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Komnas HAM akan menyampaikan langsung ke Presiden Joko Widodo terkait rekomnedasi hasil pemeriksaan terhadap pegawai KPK yang sebelumnya tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) dan mengadu ke Komnas HAM.

Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM RI, Choirul Anam mengatakan, rekomendasi ditujukan kepada Jokowi dalam dua hal yang berbeda. Pertama, Jokowi selaku Kepala Negara dan kedua selaku pembina kepegawaian tertinggi.

“Pada ujungnya nanti rekomendasi ini akan ditujukan pada Presiden dalam dua konteks. Konteks pertama adalah Presiden sebagai Kepala Negara,” ujar Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM RI, Choirul Anam dilansir dari suara.com jaringan inibalikpapan.com.

“Konteks kedua adalah memang presiden dalam struktur ASN, dalam UU ASN, dan berbagai peraturan di bawahnya Presiden adalah pembina kepegawaian yang paling tinggi,”

Anam turut menyinggung soal stigma yang menyasar para pegawai yang tidak lolos TWK. Menurut dia, stigma tersebut tidak hanya menghancurkan pegawai yang bersangkutan, tapi juga berpengaruh terhadap anak dan cucu mereka.

“Sejak awal Komnas HAM memberikan atensi terhadap stigma dan kami mengingatkan hentikan soal stigma terhadap semua kelompok termasuk yang mengikuti tes ini. Karena stigma itu tidak hanya menghancurkan orang saat ini tetapi juga menghancurkan anak cucunya,” ujarnya.

Anam mengakui, pihaknya sudah banyak menangani perkara yang berkaitan dengan stigma. Dalam pengalamannya, stigmatisasi bisa berdampak pada kehidupan yang luas seperti kepidanaan, keperdataan, hingga administrasi yang menimpa.

“Dan di Komnas HAM kasus soal stigma itu banyak sekali. Ada yang memang dulunya dia kena, anaknya juga kena, bahkan cucunya juga kena. Kedua, tidak hanya soal fisik tapi juga  status hukum yang lain, soal keperdataan dan lain sebagainya. Itu gara-gara stigma,” ujarnya.

Untuk itu, Anam mengajak segenap pihak untuk menghentikan stigmatisasi. Sebab, stigma merupakan bentuk kejahatan yang sangat mendalam, serius, dan mempunyai implikasi yang sangat panjang. 

“Tidak hanya menempa kita, menempa lingkungan kita, menempa banyak hal nantinya. Dan itu harus kita hindari secara bersama-sama,” ujarnya

Sumber : suara.com

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.