Rumah Singgah Kopaja Asuh 213 Anak Yatim Piatu dan Anak Jalanan

Rumah Singgah Kopaja Balikpapan

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Kepedulian Agus Kuswanto sungguh luar biasa dan pantut diacungi jempol. Pasalnya, belasan tahun menjadi pengasuh dan memberikan pendidikkan bagi anak putus sekolah, anak yatim piatu maupun anak jalanan.

Melalui Rumah Singgah Kopaja (Komunitas Peduli Anak Jalanan) yang terletak jalan Manunggal RT 25 Kelurahan Sungai Nangka Kota Balikpapan saat ini mengasuh dan memberikan pendidikkan bagi 213 anak pus sekolah, yatim piatu dan anak jalanan.

 “Ini rumah singgah untuk anak-anak ngelem, anak-anaka penjual koran di lampu merah saya tampung. Anak-anak disini terdaftar di kami 213 anak cuma untuk tinggal karena luasnya hanya segini (kecil) hanya 40-50 anak yang tidur disini,” ujar Agus, Minggu (15/11)

Rumah Singgah Kopaja memang tidak luas, hanya terbatas yang bisa tinggal. Sehingga banyak yang pulang ke rumah masing-masing khususnya yang anak-anak perempuan. Namun setiap pagi anak-anaka kembali untuk belajar gratis bersama.

“Tidurnya (berhamparan), tapi saya utamakan laki-laki yang tinggal. Takutnya kalau saya gak ada kontrolnya susah. Makanya saya pasang CCTV,” ujarnya.

“Perempuan ada beberapa yang punya rumah tapi masalah alat tulis, kebutuhan dia sekolah saya akan bantu.  Ada teman-teman yang kirim,”

AWALNYA TIDAK PUNYA TEMPAT

Agus mengaku, awalnya tidak memiliki tempat. Baru 3 tahun terakhir memiliki tempat yang bisa menjadi rumah tinggal dan belajar.” Ini jalan sudah 19 tahun. Dulunya kami tidak punya tempat. Kami tempat ini sudah 3 tahunan disini,” ujarnya.

Rumah yang kini menjadi tempat tinggal maupun belajar tersebut, awalnya tempat bermain biliar. Kemudian di wakafkan oleh yang punya dan menjadi Rumah Singgah Kopaja. “Ceritanya awalnya bukan rumah, dulu tidak berbentuk rumah,” ujarnya

“Ini ceritanya saya mengajar baca tulis dan ngaji. Kebetulan salah satunya yang punya rumah ini. Jadi dipinjamin. Dulu tempat biliar, dipinjamin terus di akhirnya wakafkan ke kami. Ini Yayasan pribadi, karena hanya (punya) personal,”

Dia mengatakan, sebelum mendirikan Rumah Singga Kopaja, awalnya bentuk keprihatinannya terhadap anak-anak putus sekolah maupun anak-anak jalanan. Kemudian bersama rekan-rekannya, Agus kemudian menjadi orangtua asuh.

“Jadi dulu itu banyak yang gak sekolah. Terus ada teman-teman yang mengadopsi, jadi satu orang adopsi satu anak, artinya ada yang mau donasi 6 bulan,” ujarnya.

ANAK-ANAK DIAJARKAN MANDIRI

Berbagai kegiatan diajarkan di Rumah Singgah Kopaja. Termasuk diajarkan bagaimana hidup mandiri yang bertanggungjawab. Misalnya anak-anak diajarkan memasak. Sehingga untuk makan sehari-hari anak-anak memasak sendiri.

“Jadi kami ada kelas namanya cooking day.  Jadi kami ajari anak-anak yang sudah besar memasak sayur. Jadi kami langganan ke tukang sayur, tipa bulan invoicenya saya yang bayar. Jadi kami sediakan bahan mentah, anak-anak yang mengelola sendiri,” ujarnya

Anaka-anak juga diajarkan mengaji setip hari Jumat dan olahraga. Termasuk juga membuat kerajinan yang nantinya dijual. “Jadi jumat ngaji, jumat sore olahraga, Sabtu bebas. Juga belajar kerajinan, anak-anak yang buat dan kami jual,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, dalam sebulan sekali juga mendatangkan guru dari luar untuk mengajar anak-anak. Karena mereka miliki kelas berbagai profesi. “Karena anak-anak itu tahunya profesi polisi, tentara dan dokter, sisanya gak tahu,” ujarnya.

“Ada memang sebulan sekali, ada guru dari luar, dokter gigi, psikolog.Karena kita ada yang namanya kelas profesi i kita bawa kesini ditampilkan ke anak-anak,” ujarnya

Anak-anak juga diajarkan untuk cinta membaca. Sehingga banyak buku-buku di Rumah Singgah Kopaja yang disediakan.  Bahkan bukan hanya membaca buku biasa tapi juga diajarkan untuk membaca buku digital sehingga paham tekhnologi.

“Buku dari koleksi saya awalnya. Kemudian saya bikin gerakan one day one book, satu hari baca satu lembar halaman . Tapi anak-anak sekarang karena sudah digitalisasi saya arahkan ke e-book sekarang,” ujarnya.

BANYAK YANG KINI TELAH BEKERJA

Agus  beryukur karena dari pendidikkan yang diberikan  banyak anak-anak asuhnya yang kini telah berhasil dan telah bekerja. Diantaranya ada yang bekerja di perusahaan kontraktor asing maupun yang bekerja di perusahaan tambang,

“Jadi konsep itu saya lakukan, alahamdulilah anak-anak jadi semua. Alhamdulilah (anak-anak) yang besar-besar sudah ada yang di  Thiess sekarang,  yang 3 orang di Pama, ada yang 4 orang di Cokro,” ujarnya.

Anak-anak dididknya yang telah besar dan berhasil juga menjadi relawan mengajar anak-anak yang baru di Rumah Singgah Kopaja. Karena waktu Agus juga terbatas. Dia bekerja di lokasi dan tinggal di Jakarta. Sehingga waktunya juga tidak banyak.

“Jadi alumni adik-adik saya yang sudah besar, dulunya saya urus, jadi mereka yang mengajari adik-adiknya . Kalau yang ngurus, mengajar itu ada 25 orang,” ujarnya

“Saya kerja di lokasi di tambang, tinggal di Jakarta, biasanya saya seminggu disini ngurus mereka baru balik Jakarta.”

Sementara lanjutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan selama ini tidak pernah memberikan bantuan. Mereka selama ini mencoba mandiri.  Meskipun ada sempat Dinas Sosial berkunjung tapi tak memberikan bantuan.

“Kalau peran pemerintah mohon maaf, Peran pemerintah tidak ada, apa yang diberikan pemerintah kepada kami. Dinas Sosial cuma datang, tapi kan kita butuh operasional ,” ujarnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.