Sarang Walet di Kaltim Belum Memenuhi Syarat Eskpor
BALIKPAPAN, Inibalikpapan – Potensi sarang walet di Kaltim ternyata belum tergarap dengan maksimal. Meskipun sebenarnya, kondisi Kaltim dengan banyaknya perkebunan kelapa sawit, hutan rawa mangrove , hutan alami hingga persawahan sangat mendukung burung walet menghasilkan “air liur{ yang bisa bernilai puluhan juta.
“Potensinya sangat besar, namun karena belum memenuhi persyaratan ekspor maka sarang burung walet asal Kaltim masih dilalulintaskan domestik “,ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan Abdul Rahman
Hal itu kata dia, karena pelaku usaha sarang burung walet di Kaltim selama ini belum mendapatkan hasil yang maksimal dikarenakan belum adanya tempat pemrosesan. Harganya akan lebih tinggi ketika sudah dilakukan pemrosesan.
“Salah satu yang menjadi poin utama yaitu perlu adanya tempat pemrosesan sarang burung walet di Kaltim yang teregistrasi di Indonesia dan China. Ini menjadi kunci agar sarang burung walet dari Kaltim memenuhi persyaratan,” ujarnya
“Sehingga mampu menembus langsung pasar global. Di sisi lain adanya tempat pemrosesan sarang burung walet akan mampu menyerap tenaga kerja. Hingga November sebanyak 177 ton sarang burung walet tercatat dalam lalulintas domestik oleh Balai Karantina Pertanian,”
Baru-baru ini Karantina Pertanian Balikpapan, Samarinda, bersama dengan Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi didampingi dinas terkait berkunjung ke tempat pemrosesan sarang burung walet PT Esta Indonesia yang berada di Semarang. PT Esta Indonesia merupakan salah satu perusahaan pemrosesan sarang burung walet yang menpunyai sejumlah rumah walet di Kaltim.
Hadi Mulyadi menaruh harapan agar Kaltim juga memiliki tempat pemrosesan sarang wallet. Pemerintah Provinsi Kaltim kata dia,l siap mendukung jika PT Esta akan membuka pabrik di Kaltim, mengingat PT Esta sebagian mengolah sarang wallet dari Kaltim,
]
“Tahapan pemrosesan sarang burung wallet yang kami lakukan telah sesuai dengan standar persyaratan dari China,” ujar Kepala Quality Control PT Esta Indonesia Nurul Rahmawati.
BACA JUGA