Selama Pandemi 1.387 Hoaks Terkait Covid-19, Sebanyak 134 Kasus Ditangani Polisi
JAKARTA, Inibalikpapan.com – Informasi bohong atau hoax makin masif masif, termasuk yang berkaitan dengan pandemi Covid-19 di media sosial. Demikian disampaikan Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian KomunikasiSemuel Abrijani Pangerapan.
“Sejak pandemi Covid-19 menyentuh Indonesia Maret 2020 lalu, ada 1.387 jenis hoaks yang teridentifikasi,” ujarnya
Dia mengatakan, banyak oknum yang tak bertanggungjawab menyebarkan hoax terkait covid-19. Sehingga Kominfo harus men-take down atau menghapus dari sosial media ataupun menyematkan stempel hoaks. Sehingga masyarakat tak termakan berita bohong tersebut.
“Tapi kalau sudah mengganggu ketertiban umum, kita bisa lapor ke polisi untuk ditindaklanjuti. Saat ini sudah ada 134 kasus yang ditangani kepolisian terkait hoaks Covid-19 ini,” terangnya.
Salah satu hoaks yang sempat viral belum lama ini meninggalnya seorang tentara usai divaksinasi. AdalahMayor Infantri Sugeng Riyadi, Kepala Staf Kodim 0817 Gresik yang menjadi korban. Dia disebut meninggal dunia setelah mendapat vaksin covid-19
“Saya ditunjukkan melalui pesan WhatsApp, bahwa saya dikabarkan meninggal dunia. Saya pertama kali mendengar berita ini justru dari komandan saya Dandim 0817 Gresik, Letkol Taufik Ismail, kemudian saya diajak foto selfie untuk menangkal berita tidak benar itu,” ujar Sugeng Riyadi
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO)Septiaji Eko Nugroho, menuturkan, akhir-akhir ini isu dominan yang ramai terkait vaksin covid-19. Penyebaran hoaks ini memiliki beragam motif, termasuk motif ekonomi juga ada juga niat jahat di baliknya.
“Akhir-akhir ini isu dominan adalah hoaks terkait vaksin Covid-19. Kami mencatat ada 83 hoaks terkait dengan vaksin Covid-19, dan viralitasnya cukup tinggi, karena 42% terkait dengan isu keamanan dan kemanjuran termasuk hoaks kematian Mayor Sugeng,”ujarnya
Lebih lanjut Septiaji menganalisis ada beberapa kelompok masyarakat yang terpengaruh oleh hoaks vaksinasi ini, “Ada kelompok masyarakat yang sebenarnya bukan keluarga antivaksin, anak-anaknya divaksin BCG dan Difteri, tapi mereka lebih percaya teori konspirasi,” ujarnya
“Sehingga menganggap covid-19 ini flu biasa sehingga tidak perlu divaksin. Kelompok lainnya adalah kelompok yang mau divaksin dan sadar soal pentingnya vaksinasi covid-19 tapi mereka memiliki bias. Misalnya bias anticina atau antibarat,”
Untuk tidak mudah termakan hoaks Covid-19, masyarakat diimbau agar mengkonsumsi informasi dari sumber yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan. “Apalagi informasi yang sangat penting yang akan menjadi penentu untuk membuat keputusan dalam hidup kita, maka kita perlu mengenal dokter atau pakar yang bisa kita percaya dan jauhi orang-orang yang tidak kita percayai,” imbuhnya. (covid19.go.id)
BACA JUGA