Top Header Ad

Serangga Bisa Jadi Menu Program Makan Bergizi Gratis, BGN: Bukan Standar Nasional

Pelaksanaan program makan bergizi gratis di SMP 18 Banjarmasin, Senin (6/1/2025).
Pelaksanaan program makan bergizi gratis di SMP 18 Banjarmasin, Senin (6/1/2025). (Foto: Jejakrekam)

JAKARTA, Inibalikpapan.com – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan bahwa wacana menjadikan serangga sebagai bagian dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukanlah standar menu nasional. BGN hanya menetapkan standar komposisi gizi, bukan jenis menu tertentu.

“Harus ada ahli gizi di setiap Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) agar potensi sumber daya lokal, kesukaan, dan kebiasaan masyarakat setempat dapat diakomodasi,” ujar Dadan dilansir dari suara.com jaringan inibalikpapan.

Dadan menjelaskan bahwa di beberapa daerah, serangga seperti belalang dan ulat sagu menjadi sumber protein yang lazim dikonsumsi masyarakat. Hal ini membuka peluang untuk menjadikannya menu dalam program MBG, khususnya di wilayah yang sudah terbiasa dengan makanan tersebut.

“Mungkin saja ada daerah tertentu yang menjadikan serangga sebagai sumber protein. Kalau anak-anak di daerah itu sudah terbiasa, serangga bisa menjadi bagian dari menu,” jelas Dadan.

Menu MBG Disesuaikan dengan Potensi Lokal

Dadan juga menekankan bahwa komposisi protein dalam program MBG sangat bergantung pada potensi sumber daya lokal. Sebagai contoh, daerah yang kaya akan telur kemungkinan besar akan menjadikannya sumber protein utama. Demikian pula, daerah dengan sumber ikan yang melimpah akan mengandalkan ikan sebagai protein utama.

BACA JUGA :

Hal yang sama berlaku untuk sumber karbohidrat. Di beberapa wilayah, masyarakat terbiasa mengonsumsi jagung, singkong, atau pisang rebus sebagai pengganti nasi.

“Program MBG mengakomodasi keragaman pangan lokal, tanpa mengesampingkan standar komposisi gizi yang telah ditetapkan,” tegasnya.

Keragaman Pangan dalam Program MBG

BGN mengutamakan fleksibilitas dalam penerapan program MBG agar sesuai dengan kebiasaan pangan masyarakat di berbagai daerah. Dadan mencontohkan bahwa masyarakat di Halmahera Barat lebih sering mengonsumsi singkong dan pisang rebus sebagai sumber karbohidrat.

“Standar komposisi gizi tetap diterapkan. Namun, jenis bahan makanan yang digunakan akan disesuaikan dengan potensi lokal dan kebiasaan masyarakat setempat,” katanya.

Fokus pada Nutrisi, Bukan Menu Tunggal

BGN memastikan bahwa fokus utama program MBG adalah memastikan kecukupan gizi masyarakat, bukan pada jenis makanannya. Pendekatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi dengan tetap menghormati keragaman pangan lokal di seluruh Indonesia.

Tinggalkan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.