Top Header Ad

#Sinergi Dapat Lebih Mempercepat Kesejahteraan Masyarakat Perbatasan, Telkomsel Jadi Garda Depan

BTS Telkomsel di salah satu Perbatasan di Indonesia timur

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Bagi masyarakat  pedalaman, atau perbatasan Indonesia seperti di Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, keberadaan BBM, listrik dan jaringan telekomunikasi menjadi barang mewah yang sulit untuk dinikmati sebagai anak bangsa yang juga merdeka sejak 72 tahun silam.

Meskipun kondisinya masih serba terbatas, hal itu tetap disyukuri sebab mulai ada perubahan yang sudah dirasakan masyarakat sekitar perbatasan meski belum merata.

Bayangkan untuk kebutuhan BBM satu harga,  baru  mereka nikmati Februari 2017 lalu. Meski sangat telat, BBM satu harga benar-benar dinanti karena juga ikut menggerak aktivitas ekonomi masyarakat setempat.  Masyarakat disana kini menikmati harga BBM seperti harga BBM di kota. Sebelumnya mereka harus merogoh kocek Rp50 ribu perliter BBM. Bisa dibayangkan tinggi kebutuhan hidup di perbatasan.

Begitupun kebutuhan listrik juga baru bisa dinikmati 2016 lalu. Itu pun baru dua desa yang menikmati yakni kecamatan Nahabuan dan Tiong Ohang.

“Ada PLTD mau dibangun disana. Sudah ada pemasangan tiang kabel tapi instalasi dan meteran belum. Padahal  waktu 2016 lalu pak Jokowi pernah bilang listrik mengalir pas hari kemerdekaan  di wilayah kita tapi baru dua desa.  Itupun menyalanya  mulai jam 6 malam sampai jam 12 malam,” kata Kabag Pembangunan Kabupaten Mahakam Ulu,  Noberthus Kueng yang pernah menjadi Camat Long Apari  selama 4 bulan ini, dihubungi belum lama ini.

Lagi-lagi meski masih terbatas, masyarakat bisa menikmati energy ini untuk menunjang aktivitas keseharian terutama belajar pada malam hari. Maklum listrik menyala hanya pada pukul 18.00-00.00 wita.

Menurut Noberthus Kueng, selain PLTD,  juga dibangun Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kampong Nohsilat. Namun belum semua bisa merasakan listrik 24 jam karena masih terbatasanya infrastruktur pendukung.

Suasana peresmian BTS di desa Tiong Ohang, Laong Apari, Kabupaten Mahulu pada November 2015 (Taufik Akbar-Telkomsel Kubar)

Dari dua kebutuhan listrik dan BBM tadi, ternyata kehadiran signal Telkomsel sebagai satu-satu operator di Mahulu, telah lebih dulu dirasakan masyarakat pada 2014 lal, tepat di desa Tiong Ohang Kecamatan Long Apari.

“ Disini juga  ada tower mini untuk penyambungan jaringan ya di kecamatan Long Apari,” tuturnya.

Sedikit gambaran, di desa Tiong Ohang  Kecamatan Long Apari yakni mayoritas bermukim masyarkat Dayak Bahau, Kayan dan Penihing. Dari desa ini butuh waktu enam jam ke Kecamatan Long Bagun atau ke arah hilir (bawah). Sedangkan dari Kecamatran Long Bagun menuju kecamatan Melak (kabupaten Kutai Barat)  masih butuh waktu sekitar  5 jam. Jalur itu semua hanya dilintasi melalui speedboat dan udara. Sedangkan dari Melak menuju Balikpapan jarak tempuh sekitar 400 km menggunakan jalur darat atau butuh 12-14 jam.

Di Mahulu ada delapan BTS yakni di kecamatan Databilang, Long Hubung, Laham, Kangoro (Mambes), Long Bagun, Long Pahangai dan  dua BTS program merah putih di  Long Apari dan Tiong Ohang.

Kehadiran Telkomsel di perbatasan termasuk Mahulu, sejalan dengan komitmen  membangun dan berkarya untuk negari. Telkomsel berupaya menggelar jaringan telekomunikasi yang menjangkau setiap wilayah di Indonesia untuk memerdekakan seluruh masyarakat Indonesia dari keterisolasian.

Tentu kendala yang dihadapi Telkomsel pasti ada terutama pasokan listrik. Karena sumber listrik menjadi hal dasar dimanapun, termasuk di perbatasan dalam membangun BTS.

“Telkomsel hadir di wilayah perbatasan dengan perangkat BTS yang ada, tentunya listrik menjadi sumber daya utama agar perangkat BTS kami tetap hidup dan beroperasi dengan baik,”kata GM ICT Regional Kalimantan Harsetyo Pramono kepada Inibalikpapan.com belum lama ini.

8 BTS di Mahulu sangat memberikan  dampak positif bagi masyarakat sekitar termasuk harapanya mampu mengangkat potensi ekonomi daerah. Terutama  sangat membantu layanan berkomunikasi karena Telkomsel hadir disana sebagai operator seluler satu-satunya.

Untuk kelancaran komunikasi, secara rutin Telkomsel melakukan monitoring dan optimalisasi jaringan di semua daerah yang telah tercakup sinyal termasuk di daerah perbatasan ini.

Ditambahkan Harsetyo Pramono saat ini di wilayah Mahakam Ulu sudah terkoneksi dengan  supply listrik pemerintah  namun masih diperioritaskan untuk kebutuhan warga setempat. Telkomsel selain mengandalkan supply power sendiri dari genset juga mengandalkan  dari solarcell.

“Sehingga perangkat BTS  Telkomsel masih beroperasi dengan supply power dari genset dengan back up baterai ataupun  juga beberapa BTS dengan supply power dari energy panel surya/solar cel,” ungkapnya.

Namun ini bukan berarti tidak ada persoalan, sebab saat ini penggunaan telekomunikasi seluler  termasuk data di di wilayah Mahakam Ulu  juga semakin banyak. Sehingga gangguan kelancara traffic data kadang ditemui.

Nobhertus  Kueng  mantan Camat di  Long Apari   mengaku hal itu. Meski sudah tidak ada blankspot namun komunikasi warga kadang alami gangguan karena terbatasnya kapasitas jaringan. “Long Apari disana memang tidak ada lagi blankspot tapi sering lemot karena kapasitas bandwich. Itu  harus ditambah disana karena banyak sekali. Ada ribuan pengguna sekarang ini,” imbuhnya.

Akses komunikasi dan infrastruktur dasar dapat pacu ekonomi daerah

Terbukanya jaringan komunikasi ini betul-betul memberikan perubahan yang signifikan bagi masyarakat sekitar termasuk ekonomi masyarakat sekitar.   Mata pencarian Masyarakat di Mahakam Ulu, selama ini banyak mengandalkan  sektor pertanian dan perkebunan skala kecil seperti kakao.

Kehadiran tower Telkomsel makin dipermudah komunikasi antar warga, termasuk hubungan jual beli komoditas. Selain warga sebelum transaksi juga dapat melakukan pengecekan harga -harga barang melalui internet sebelum melakukan pemesan barang.

“Tentu sangat membantu sekali salah satu memicu ekonomi berkembang. Mereka pedagang bisa tahu informas kayak harga bisa tanya-tanya  harga  di  Long Bagun,  Melak, atau Samarinda dan Balikpapan. Ini membantu sekali. Kalau mau pesan barang kalau sudah sepakat bisa kirim pesanan lewat email,”jelasnya.

Selain itu, bagi masyarakat perbatasan keberadaan  signal komunikasi ini juga bisa menghapus kerinduan warga kepada anak atau sanak saudara yang berada jauh di rantau seperti bekerja, belajar atau berdagang.

“ Keluarga disini bisa telpon dengan anak atau saudara yang lagi menempuh pendidikan di Samarinda atau Jawa. Jadi komunikasi antar keluarga dan masyarakat makin terbuka,” katanya.

Tidak hanya itu,  sejak masuknya signal Indonesia ini, tumbuh usaha kecil seperti outlet HP dan pulsa yang berkembang di masyarakat local. Salah satunya Jupri yang membuka Outlet Ricky Cell dari nol dan menjadi mitra binaan telkomsel yang cukup berhasil. Toko M kios berada di desa Ujoh Bilang kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahulu.

Suasana di kios milik Jufri warga Perbatasan di Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahulu. (dok Taufik Akbar)

Jufri mengakui dampak kehadiran Telkomsel sejak 2014 di Mahakam Ulu telah mempermudah dan memperlancar jalur komunikasi kepada semua kalangan masyarakat sehingga sampai sekarang dampaknya meningkat drastis baik itu dari segi perekonomian maupun telekomunikasi.

“Dulunya di sini 2G telkomsel aja yang ada. Alhamdulillah sekarang sudah 3G. Alhamdulillah sudah lumayan lancer,” tutur Jufri yang mengenai usaha M. kios sejak 2012 ini.

Di outletnya,  menyediakan berbagai macam kebutuhan dalam berkomunikasi mulai dari pulsa regular, data, dan started pack prabayar maupun pascabayar. di toko sederhananya, Jufri juga menyediakan jasa penjilitan, cetak foto, laminating hingga penyedian ATK.

“Amin mudah-mudah bisa lebih maju lagi dan berkembang,” harapnya.

Taufik Akbar Comander  Telkomsel Area Kutai Barat dan Mahakam Ulu menyebut jika usaha penyedia jasa telekomunikasi di Mahulu tumbuh cukup tinggi. “ Di masyarakat Mahakam Ulu memulai bisnis penyedia jasa telekomunikasi dengan membuka kios outlet Telkomsel, sampai sekarang ada lebih dari 48 mitra kios outlet Telkomsel yang siap menyediakan berbagai macam kebutuhan telekomunikasi,”sebutnya.

Kehadiran Telkomsel di Perbatasan sejak awal sebagai misi merah putih yakni membuka keterisolasian dan menjadikan mereka sebagai warga bangsa Indonesia di rumahnya sendiri.

GM ICT Prasetyo Pramono  berharap kehadiran Telkomsel  juga mampu mempercepat potensi ekonomi dan menjadi pendorong mempromosikan wilayah Mahakam Ulu.

“Disamping itu juga membuka potensi asli daerah Mahulu ke ibukota, dimana Mahulu akan sejajar dengan ibukota dalam hal menerima dan membagi informasi kedunia luar,” ujarnya.

Kedepanya, lanjut Prasetyo Telkomsel berharap jika ketersedian listrik pemerintah mencukupi di wilayah Mahulu dapat terkoneksi juga dengan BTS Telkomsel agar operasional BTS menjadi lebih baik. “tentunya membantu kesejahteraan masyarakat setempat,” imbuhnya.

Pembangunan daerah perbatasan   bukan hal mudah namun juga bukan hal sulit jika ada keinginan kuat dari pemimpin untuk merubah cara padang dan menjadikan mereka sebagai bagian muka republic ini.

Mereka akan kenal Indonesia jika pemerintah dan seluruh stakeholder memberikan perhatian serius terhadap keberadaannya. Hanya dengan disediakan signal saja, ditambah BBM satu harga dan listrik, senyum diwajah mereka tergambang sebagai bagian dari republic ini yang patut juga diperhatikan.

Karena itu membangun perbatasan butuh keinginan kuat, dan juga sinergi yang baik  bukan hanya pemerintah tapi diantara BUMN dan juga masyarakatnya. Kondisi sekarang yang sudah dinikmati masyarakat Mahakam Ulu kini akan lebih baik jika ditingkatkan kembali guna memberikan kepercayaan bahwa mereka bagian dari kita.

“Sekarang masayarakat sudah senang dengan adanya signal komunikasi, BBM dan listrik tinggal bagaimana ini terus ditingkatkan agar merata dirasakan seluruh masyarakat di Mahakam Ulu,”harap Noberthus  Kueng. (amir Syarifuddin)

 

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.