SKK Migas Kalsul Apresiasi Media, Dukung Pembangunan Indonesia
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Industri hulu migas saat ini tidak hanya berbicara terkait mekanik dan teknologi serta kontruksi besi sebagai pendukung operasional hulu migas, namun juga berbicara agar bagaimana hadirnya industri migas mendukung pembangunan nasional.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul) Azhari Idris mengatakan, di Balikpapan ada Refinery Unit (RU) V Balikpapan yang menyiapkan Bahan Bakar Minyak untuk menyuplai kebutuhan energi untuk Indonesia Tengah dan Indonesia Timur.
“Bahan baku untuk power di sana, berasal dari gas teman-teman Pertamina. Kalau Pertamina ada gangguan, artinya produksi BBM untuk Indonesia Tengah dan Indonesia Timur akan terganggu, kalau gasnya tidak cukup, itu berhenti. Kira-kira itu dampaknya,” kata Kepala SKK Migas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Kalimantan Sulawesi (Kalsul) Azhari Idris saat sharing session and gathering media, di Jogjakarta, Selasa (1/8/2023).
Ia mengibaratkan kondisi saat ini SKK Migas Kalsul sebagai pilot pesawat udara. Di mana dari sudut pandang pilot saat ini melihat adanya awan besar yang sedang menghadang laju pesawat.
“Kita harus siap dan mampu melewati ini. Saat ini ada IKN (Ibu Kota Negara) yang membutuhkan energi dari gas bumi misalnya, kita juga harus memastikan bahwa itu cukup untuk menghidupkan Ibu Kota Negara,” katanya.
Menurutnya tugas SKK Migas untuk menjalankan industri hulu migas saat ini cukup penting untuk mendukung pembangunan Indonesia.
“Kita bagi-bagi tugas. Kami mendapat tugas dari pemerintah untuk mencari sumber-sumber minyak dan gas di perut bumi Kalimantan dan Sulawesi, Indonesia secara umum. Tetapi ketika ada persoalan sosial, hubungan masyarakat dan sebagainya kita perlu teman untuk bagaimana mengampanyekan rencana-rencana kegiatan di hulu agar diterima masyarakat,” katanya.
Menurutnya, ketika KKKS berkontrak dengan negara mendapat konsesi selama 30 tahun. Bekerja di suatu lokasi operasi hulu migas dengan kontrak kerjanya mencapai 30 tahun.
Dan ketika produksi migas di lokasi tersebut masih berjalan, maka kontraknya akan ditambah lagi. Sehingga para pekerja akan berada di suatu lokasi dengan jangka waktu yang lama.
“Makanya kami sangat berterimakasih selama ini media sudah cukup mendukung. Kita bukan hanya mendukung SKK Migas atau Pertamina tapi mendukung pembangunan Indonesia. Melalui keahlian kita masing-masing, kita berkontribusi untuk pembangunan,” katanya.
Di saat yang bersamaan dengan kegiatan ini, kata dia, ada rekan-rekan pekerja hulu migas yang sedang berada di laut lepas sedang mengerjakan kegiatan-kegiatan teknikal untuk memastikan produksi migas bisa terus dilakukan.
“Di samping itu juga menunggu nantinya kesiapan pemerintah untuk beralih ke energi terbarukan. Maka saat ini gas bumi menjadi energi primer.
Adapun wilayah Kalimantan dan Sulawesi menyumbang 30 persen gas nasional dan 13 persen minyak bumi nasional.
Ia mencontohkan, khususnya Kota Bontang lebih hidup dengan adanya LNG yang hasilnya di kirim ke dalam negeri dan sebagian ke luar negeri. Kemudian hidup pula beberapa industri petrokimia amoniak sebagai bahan baku pupuk. Di mana ada puluhan ribu pekerja yang terlibat di sana. Serta Jaringan Gas untuk kebutuhan gas rumah tangga.
BACA JUGA