SKK Migas Kalsul Genjot Produksi Minyak Gas
MAKASAR– SKK Migas akan makin masif melakukan pengeboran sumur seiring dengan target swasembaga energi yang dicanangkan Presiden Prabowo pada 5 tahun mendatang.
Tahun depan, SKK Migas merencanakan pengeboran 1000 sumur. Terbesar ada di Sumatera dan Kalimantan dan Sulawesi. Secara nasional, SKK Migas Kalsul menyumbang 12 persen dari produksi migas nasional.
Kepala SKK Migas Kalimantan-Sulawesi (Kalsul), Azhari Idris, mengungkapkan tantangan dan rencana strategis sektor hulu migas dalam mendukung pemenuhan kebutuhan energi nasional.
Azhari menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk mencapai target produksi minyak sebesar 600 ribu barel per hari pada tahun 2025.
“Kami sedang memacu produksi dengan menguras semua tangki minyak yang ada. Target kami pada pukul 00.00 tanggal 1 Januari 2025, kami bisa melaporkan ke pemerintah bahwa produksi telah mencapai di atas 600 ribu barel per hari,” ujar Azhari saat Lokakarya media Kalsul2024 di Makasar pada 13-14 November.
Namun, ia juga menyadari bahwa target yang diberikan pemerintah sebesar 635 ribu barel per hari membutuhkan upaya ekstra. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pembebasan lahan yang kini semakin kompleks. “Dulu lahan masih terbuka, tetapi sekarang sudah masuk ke kawasan hutan dan persawahan. Proses perizinan di area ini tidak mudah,” tambahnya.
Azhari juga menyoroti kendala pemenuhan energi di wilayah Sulawesi. Saat ini, ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga air menjadi masalah utama ketika musim kemarau tiba. “Di Sulawesi Selatan, kami tengah mengebor sumur gas di Wajo. Namun, ada insiden kebakaran pada salah satu rig kami yang memperlambat produksi,” ungkapnya.
Akibat insiden tersebut, pasokan gas untuk PLN menjadi terhambat, sehingga memicu potensi pemadaman listrik yang lebih sering. “Jika produksi terhambat, dampaknya bukan hanya pada daerah, tetapi juga pada suplai listrik nasional,” jelasnya.
Komitmen SKK Migas Jaga Keseimbangan Antar Eksplorasi dengan Lingkungan
SKK Migas juga berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara eksplorasi energi dan keberlanjutan lingkungan. Salah satu contoh adalah proyek di area persawahan di Wajo dan Banggai, Sulawesi Tengah.
“Kami memahami kekhawatiran masyarakat terkait dampak terhadap produksi padi. Oleh karena itu, kami berkomitmen memberikan kompensasi hingga tiga kali lipat dari nilai lahan yang digunakan,” papar Azhari.
Selain itu, ia menyebutkan pentingnya komunikasi dengan masyarakat melalui peran media untuk memberikan pemahaman tentang industri hulu migas.
“Kami sangat terbantu jika media bisa memberitakan secara mendidik kepada masyarakat, karena jaringan komunikasi kami terbatas,” tuturnya.
Azhari juga mengungkapkan bahwa Indonesia masih mengimpor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan sekitar 1,6 juta barel minyak per hari. “Subsidinya besar sekali, sehingga jika produksi dalam negeri meningkat, subsidi bisa dialihkan untuk kebutuhan lain seperti infrastruktur atau pendidikan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa eksplorasi di laut dalam sedang menjadi prioritas, meskipun biaya pengeboran bisa mencapai Rp1 triliun tanpa jaminan hasil. “Kami tetap optimis untuk mencari sumber-sumber baru demi swasembada energi,” tandasnya.
Potensi Cadangan Migas Indonesia Diperkirakan 4,7 Miliar Barel
Pada kesempatan sama, Kordinator Formalitas dan Komunkasi SKK Migas Kalsul Faizal Abdi optimis Swasembada energi yang menjadi cita-cita 1 juta barel target produksi di 2030 dapat terealisasi.
Berdasarkan pada data potensi cadangan yang dimiliki Indonesia diperkirakan 4,7 miliar barel.
“Kalau saya hitung Gas kita bisa bertahan sekitar kurang lebih 28 tahun. Ini masa depan Indonesiia, untuk mewujudkan swasembada indonesi. Harapannya ini akan kita eksplorasi dan menemukan cadangan baru,” katanya.
Faizal menyebutkan Indonesia memiliki 128 basin potensi cadangan minyak gas yang terperangkap di hidrokabron pada cekungan yang tersebar di Indonesia.
“Kami optimis itu . Yang sekarang kita nikmati 600 rbu barel. Yang sudah di eksplotasi itu menghasilkan dari Sumatera, kalimantan Sulawesi baru 20 cekungan,”ungkapnya.
SKK mleihat ini sebagai masa depan mewujudkan swasembada. “Ada 68 basin masih virgin belum diapa-apain,” sebutnya.
SKK Migas Miliki Beberapa Strategi Pacu Produksi Migas
SKK Migas bersama pemerintah dan KKKS memiliki beberapa strategi menuju target yakni optimasi sumur eksting, percepatan ekplorasi cadangan menjadi produksi selama 11 tahun menjadi 4-5 tahun.
“Lapangan Geng North ketemu 2023, target pemerintah 2027 itu sudah onstream. Itu 4 tahun. Ini strategi yang diimplementasi SKK dan KKKS untuk mempercepat cadangan menjadi produksi,” jelasnya.
Selanjutnya penerapan teknologi industri migas terutama saat mengeboran migas sehingga optimasi hasil pengeboran bisa lebih baik.
“Sekarang teknologi diimplementasikan ke sumurs-sumur tua. Keempat. Kegiatan eksplorasi dengan berikan kemudahan berikan karpet merah kepada investor. Karena ini ekplorasi dengan cadangan migas ini masa depan Indonesia untuk ketahanan migas,”jelasnya.
Swasembaga energi 4-5 tahun diharapkan dapat terwujud. Apalagi untuk gas produksi naik terus tapi komsumsi belum optimal. Faizal mengutip data Bauran Energi 2020-20250, komsumsi minyak naik sebanyak 139 persen sedangkan gas komsumsi naik sebanyak 290 persen. Terutama gas yag lebh bersih dan efisien, gas akan jadi agen transisi energi. Yakni akan mengantarkan pada net zero emisi sampai tahun 2060.
BACA JUGA