SPBU Modular Solusi Ideal Atasi Antrian BBM di Kota Penyangga IKN
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Pembangunan SPBU Modular di Kota Balikpapan lebih realistis ketimbang reguler. Modular juga dapat menjadi solusi dalam mengurai antrian kendaraan saat mengisi BBM di SPBU.
Sebagai Kota minyak, cibiran negatif selalu disematkan masyarakat kepada Pemerintah Kota Balikpapan dan Pertamina Patra Niaga. “Katanya Kota minyak tapi BBM selalu antri”. Bahkan sulit untuk mendapatkan BBM yang bersubsidi.
Stigma negatif itu, kerap menjadi pembahasan utama baik obrolan warung kopi maupun formal seperti forum Musrenbang, reses bahkan kampanye. Maklum problem utama masyarakat Balikpapan adalah kemudahan mendapatkan air bersih dan BBM.
Penulis mencoba membahas soal BBM di kota Minyak, Balikpapan, Kaltim. Sebagai kota penyangga IKN, Kota Balikpapan kini makin menjadi magnet orang mengadu nasib. Ditambah lagi dengan proyek pengembangan Kilang Balikpapan (RDMP) yang menyerap lebih dari 20 ribu orang.
Tak ayal, kota yang juluki kota layak, nyaman dihuni ini, sekarang kerap mengalami kemacaten. Tapi kata sebagian orang menilai, itu tandanya terjadi pertumbuhan ekonomi karena ada pergerakkan orang dan barang.
Jumlah penduduk Balikpapan berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Balikpapan pertengahan 2024 sekitar 750 ribu orang. Namun dengan adanya proyek IKN dan RDMP jumlahnya diperkirakan melebihi angka yang sebenarnya.
Tidak heran titik kemacaten bertambah terutama di jalur-jalur pengisian BBM (SPBU) yang ada baik dalam kota maupun luar kota.
Keberadaan SPBU yang dituding penyebab kemacetan seperti Jalan MT Haryono Dam (kecamatan Balikpapan Kota), Jalan Soekarno Hatta Km 5, Km 8, KM 13 dan Km 15 Kecamatan Balikpapan Utara, dan Kawasan Gunung Guntur jalan S Parman dan SPBU Karang Anyar di Kecamatan Balikpapan Tengah. Termasuk di Kecamatan Balikpapan Barat yakni SPBU Kampung Baru. Sementara lebar jalan rata-rata sekitar 8-12 meter saja.
SPBU yang terlihat antrian mengular bahkan menyumbang kemacetan pada SPBU yang masih melayani BBM Subsidi Pertalite dan Solar.
Di Kota Balikpapan jumlah SPBU yang ada saat ini sebanyak 14. Terbaru ada SPBU Modular yang sudah beroperasi di Jalan Sudirman, Lapangan Merdeka. Menyusul SPBU Modular Beje-Beje jalan MT Haryono Dalam.
Sedangkan 1 SPBU baru di Jalan Syarifuddin Yoes Kelurahan Graha Indah dekat Gran City hingga kini operasionalnya belum diketahui.
SPBU Modular Kurangi Kemacetan, Cocok Untuk Balikpapan
Pemerintah kota Balikpapan menilai penting adanya penambahan SPBU di Balikpapan. Bertambahnya orang dan kendaraan, belum cukup diimbangi jumlah SPBU di Balikpapan. Apalagi Balkpapan menjadi kota penyangga IKN.
Penambahan SPBU diharapkan dapat mengurangi kemacetan jalan. “Penambahan SPBU itu bisa mengurangi kemacetan. Pesan saya bagi yang bukan hak mengambil minyak subsidi jangan mengambil. Itu saja sebenarnya,” kata Wali Kota Balikpapan H. Rahmad Mas’ud menanggapi penambahan SPBU, Kamis (4/7/2024).
Diketahui, antrian kendaraan mengular di SPBU yang rata-rata masih melayani ketersedian BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar.
Untuk penambahan SPBU ini Wali Kota Rahmad Mas’ud sudah berkirim surat kepada Pertamina pada akhir Januari 2024 lalu. Mengingat kota Balikpapan hanya memiliki 14 SPBU saja. Jumlah ini relatif kurang jika dibandingkan kota Samarinda yang berjumlah 30 SPBU.
Minimnya pengusaha membuka SPBU baru, Rahmad Mas’ud menilai berbisnis SPBU karena keuntungan sedikit sementara investasinya mahal.
“Kalau ngak salah kita 14 SPBU. Kenapa orang gak buat SPBU di Balikpapan satu itu kan komersil, kedua lahan mahal dan keuntungan juga sedikit,” tuturnya.
Sampai Akhir Tahun 2024, Ada 5 SPBU Modular
Pemerintah Kota Balikpapan bersama Pertamina Patra Niaga mematangkan pembangunan SPBU Modular hingga akhir tahun 2024 ini. Direncanakan, Pertamina akan membangun 5 SPBU Modular.
Percepatan pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) bertujuan sebagai support penunjang adanya Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kepala Bagian Perekonomian Setdakot Balikpapan, Sri Hartini Anugraha menilai SPBU modular cocok dengan kondisi geografis kota Balikpapan. Yakni berkontur atau berbukit-bukit. Minimnya lahan menjadi pertimbangan kehadiran SPBU Modular ketimbang reguler.
” Balikpapan bisa di-support oleh SPBU modular. Yakni SPBU dengan kapasitas lebih kecil dari SPBU reguler,” tuturnya.
Pemerintah Kota Balikpapan mendukung pembangunan SPBU melalui kemudahan dan bantuan dalam perizinan maupun administrasi.
“Untuk Modular lokasi di Beje-Beje, Karang Jati, Gunung Pipa, Lapangan Merdeka dan Manggar baru, “ urainya.
Pembangunan SPBU modular lebih realistis. Dari sisi investasi juta tidak terlalu mahal. Diperkirakan membutuhkan Rp300-600 juta dengan luasan kurang dari 1000 meter. Sedangkan untuk SPBU Reguler lokasinya masih belum ditetapkan.
SPBU Modular Siasati Keterbatasan Lahan
Terpisah, Area Manager Commrel Pertamina Patra Niaga Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra mengatakan SPBU Modular dibangun untuk menyiasati keterbatasan lahan yang ada khususnya di Kota Balikpapan. Keberadaannya juga untuk memberikan solusi kepada kota Balikpapan sebagai penyangga IKN.
Selain itu dari sisi investasi jauh lebih murah yakni kisaran Rp300-500 juta. Sedangkan lahannya tidak memerlukan laha yang luas. Sekitar 300-600 meter persegi. Syarat lainnya membuka SPBU Modular yakni , pelaku usaha menyertakan KTP, NPWP perusahaan, akte pendirian, NIB, Sertifikat standar, bukti kepemilikan lahan.
Diharapkan keberadaan SPBU Modular memberikan kemudahan akses mendapatkan BBM tanpa harus berlama-lama antri.
“Diharapkan memudahkan masyarakat mendapatkan BBM. Keberadaan SPBU MyPertamina (modular) juga untuk memberikan kemudahan akses BBM non subsidi kepada konsumen sehingga lebh mudah mendapatkan BBM,” ujarnya.
Arya menyebutkan dengan luasan wilayah Balikpapan 500 km persegi lebih hanya ada 14 SPBU. Artinya satu SPBU melayani sekitar 30-40 km persegi.
“Surabaya itu luasanya 350 km persegi. SPBU ada 110 artinya 1 SPBU melayani 3 radius km persegi itu rata-rata. Kita di Balikpapan 1 SPBU melayani radius 40 kilo. Artinya kita mau beli sudah habis duluan. Ideal 1 SPBU itu ya radiusnya 10 kilometer,” jelasnya.
Soal adanya usulan SPBU 24 jam agar tidak terjadi antrian di SPBU. Apalagi di kota-kota besar sudah dilakukan pelayanan SPBU 24 jam. Arya mengungkapkan hal itu sudah ditawarkan ke pengusaha SPBU. Hanya saja rata-rata, mereka belum berani membuka 24 jam.
“Lebih pada jaminan keamanan sebab rata-rata orang Balikpapan jam 10 malam sudah pada di rumah sudah tidur. Takut ini manfaatkan dalam tanda kutip oleh pengetap. Khawatir mereka dari jam 11 sampai jam 5 pagi. Itu sudah kita tawarkan ke pengusaha-pengusaha,” katanya.
Selain itu, pengoperasian SPBU 24 jam membutuhkan pekerja baru untuk shift tengah malam hingga pagi sehingga hal ini juga berpengaruh pada profit pengusaha SPBU. “Harus nambah 1 shift. Kalau di Jakarta jam 12 sampai jam 5 pagi tambah ramai,” jelasnya.
Kehadiran SPBU Modular Sangat Membantu
Camat Balikpapan Utara, Muhammad Fadli Paturrahman mendukung penuh penambahan SPBU termasuk Modular. Menurutnya, masyarakat membutuhkan adanya SPBU baru di kota Balikpapan.
Ini mengingat Balikpapan merupakan pintu gerbang Ibu Kota Nusantara dan jumlah kendaraan di wilayah tersebut terus meningkat.
“Adanya SPBU saat ini sangat layak, melihat kondisi SPBU di Balikpapan sangat kurang. Kendaraan di Balikpapan kian meningkat terutama yang melintas di wilayah Balikpapan Utara,” ujarnya, awal Juli 2024 lalu.
Ia memastikan bahwa sebelum SPBU berdiri, pemiliknya harus menyelesaikan semua perizinan baik dari sisi legalitas dan itensitas.
“Kami selaku pemerintah kecamatan Balikpapan Utara sangat mengapresiasi keberadaan SPBU tersebut, dengan catatan perizinan lengkap dan tidak menyalahi aturan,” tambahnya.
Ciwi (51) warga Prapatan mengaku terbantu dengan adanya SPBU Modular. Keberadaan SPBU modular katanya sangat membantu ditengah terbatasnya jumlah SPBU reguler di Balikpapan.
“Enak seperti ini. Bagus, mempermudah kita juga. Antri disini gak lama. Kantor saya kan dekat Gunung Malang. Antrianya lebih lama di Gunung Malang. Disanakan banyak yang jual-jualan (dijual lagi) juga,” katanya yang antri sekitar 15 menitan.
Ciwi mengaku menggunakan Pertamax sejak mulai suliitnya Pertalite di peroleh di SPBU yakni sekitar akhir tahun lalu. “Tapi saya pikir sama sih. Ngak terlalu besar juga selisihnya,” ujarnya.
Karyawan swasta di kawasan Gunung Malang ini berpendapat, Kota Balikpapan sangat kekurangan SPBU. Ironis sebagai kota minyak tapi masyarakat selalu antrian mendapatkan BBM.
“Saya kira masih perlu bayak SPBU seperti ini (modular). Kan. Harus lebihi banyak kan kota penyangga IKN otomatis mobilisasi orang dari luar banyak. Sementara kita sendiri sebelum itu sudah ngantri-ngantri. Sekarang makin banyak orang tentu antrian makin banyak,” katanya mengalisis.
“Apalagi Kota minyak memproduksi minyak terbesar tapi beli kok antri. Makanya semakin banyak SPBU seperti ini semakin bagus biar bisa cover,” sembungnya.
Siwi juga menilai takaran BBM di SPBU Modular juga pas dibandingkan SPBU lainnya. Sehingga secara kuantitas sangat memuaskan.
“Saya kan beli 30 ribu disini penuh tapi di SPBU lainnya gak penuh. Kawan saya juga sama ngomong begitu. Disini ukuran akurat,” tutur Ciwi yang juga menggunakan Pertamax untuk mobilnya.
Siwi bahkan menyebutkan antrian BBM di Balikpapan juga terjadi di SPBU Km 5, Km 8, dan KM 13 serta Km 15 Jalan Soekarno Hatta.
“Suami sayakan kerja di kilo. Itu ngantrinya bisa semalam sampai pagi. Itu kadang-kadang heran masa kota minyak tapi antri sampe bejibun-jibu,” tambah Siwi yang lebih memilh mengisi BBM Modular di lapangan Merdeka, Jalan Sudirman.
Cherul warga Samarinda menyatakan hal sama. SPBU modular di tengah kota terutama yang belum ada pelayanan SPBU, sangat membantu masyarkat.
Menurutnya kota Balikpapan sangat kekurangan SPBU, apakah karena minimnya minat investor atau faktor lainnya. Tidak heran jika banyak antrian di SPBU.
“Kalau ada seperti ini (SPBU Modular) sangat membantu sekali. Saya lhat di Media sosial memang Cuma ada 14 SPBU,ujar warga Palaran.
Untuk itu Chaerul menilai keberadaan SPBU Modular yang akan dibangun kembali seperti Karang Jati, Gunung Pipa dan Manggar Baru, akan membantu masyarakat.
“Bagus itu kan memang jumlah SPBU disini masih sedikit sekali,” tambahnya ditemui di SPBU Modular Lapangan Merdeka.
Izin Operasional SPBU Jalan Syarifuddin Yoes Depan Grand City Belum Keluar
Pemerintah kota Balikpapan dan Pertamina Patra Niaga Kalimantan sepertinya lebih realistis memilih penambahan SPBU Modular ketimbang SPBU reguler.
SPBU Baru belum operasional di Jalan Syarifuddin Yoes
Sebagai contoh SPBU di Jalan Syarifuddin Yoes. Hingga kini belum operasional karena izin dari pusat belum turun. Bahkwan sempat disoal warga sekitar karena pengelola tidak melibatkan warga sekitar dalam pendiriannya. Khawatir akan terjadi kemacetan dan akses negaif seperti kecelakaan mengingat lokasi tidak jauh dari turunan RS Kanudjoso Djatiwaluyo.
Selain perizinan yang panjang, ada beberapa persyaratan dasar yang harus pengusaha penuhi dalam pendirian SPBU.
Proses perizinan SPBU reguler memerlukan KKPR, izin lingkungan yang sesuai dengan KBLI, serta PBG/SLF (pendirian bangunan gedung). Termasuk membutuhkan luasan lahan dan modal investasi yang besar.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (DPMPT) Balikpapan, Hasbullah Helmy mengatakan bahwa proses perizinan ini termasuk dalam kategori KBLI 47301 dengan risiko menengah rendah.
“Bahwa prioritas utama adalah kepentingan dan keamanan masyarakat, termasuk kepentingan mereka untuk mendapatkan BBM dengan mudah. Tapi soal apakah SPBU yang hampir selesai tersebut sudah mengantongi izin atau belum saya belum tahu,” tuturnya.
Selain itu pengelola juga harus mengantongi izin Amdal Lalin dari pemerintah pusat. Kepala Dinas Perhubungan Balikpapan Adwar Skenda Putra mengatakan perizinan pembangunan SPBU menjadi ranah pemerintah pusat.
Karena SPBU itu juga berada di jalan nasional. “Sehingga amdal lalin dari pusat,” ujar Adwar yang akrab disapa Edo.
Hanya saja Edo belum mengetahui apakah Amdal Lalin sudah keluar atau belum. “Harusnya sudah karena prosesnya sudah sejak lama,” tambahnya.
Namun dalam pembahasan pihaknya sempat dilibatkan. Dishub Balikpapan nantinya akan memberikan perhatian untuk alur masuk dan keluar kendaraan di SPBU. Juga perhatikan sama jalur antrian.
“Hanya saja kami berharap SPBU khusus tidak jual yang PSO,” tuturnya.
Sementara itu, Area Manager Commrel Pertamina Patra Niaga Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, menambahkan bahwa pihak pengelola SPBU wajib berkomunikasi dengan warga ada sekitar SPBU.
“Kami akan meminta pihak SPBU untuk berkomunikasi lebih lanjut dengan warga,” ujarnya.
Pembangunan SPBU Jalan Syarifuddin Yoes ini sempat disoal beberapa warga sekitar. Mereka khawatir terjadi potensi kemacetan dan gangguan kenyamanan yang bisa timbul oleh operasional SPBU. Terutama untuk kendaraanyang keluar masuk SPBU maupun gang Tumaritis Jalan Syarifuddin Yoes.
BACA JUGA