Sudah 35 Anak Meninggal Karena DBD di Kaltim, Terlambat Dibawa ke RS
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kaltim kian memprihatinkan. Bahkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi kaltim menyebutkan, 4,8.00 kasus
“Demam berdarah sudah 4,800 kasus, terbanyak itu Samarinda,”ujar Kepala Dinkes Provinsi Kaltim Jaya Mualimin kepada awak media
Dia mengatakan, lebih memprihatinkan lagi karena kasus kematiannya yang cukup tinggi sebanyak 35 kasus dan masih usia anak. Rata-rata karena terlambat dibawa ke rumah sakit.
“Saya sudah perintahkan untuk melihat kenapa sih masalahnya. Ternyata terlambat untuk dikirim ke rumah sakit, ternyata pada hari ke 3-4 (baru dibawa),” ujarnya
Padahal kata dia, masa kritis dibawah hari ke-5 setelah demam. Sehingga penanganannya terlambat. Karena virus sudah menyebar hingga ke jantung, hingga sebabkan kematian.
“Karena kan kritisnya dibawah hari ke-5. Hari ke-5 tidak baikkan, biasanya akan mengalami dengue shock syndrome virusnya kemana-mana, bisa ke otak, bisa ke jantung,” ujarnya
Dia pun telah memerintahkan Kepala Dinkes di masing-masing kota dan kabupaten untuk melakukan deteksi dini. Untuk mencegah lebih banyak lagi korban meninggal dunia.
“Saya sudah perintahkan ke kepala-kepala dinas untuk melakukan tidak hanya terkait (pencegahan) lingkungan saja, tapI mengupayakan anak-naka kita yang lagi demam itu harus segera di deteksi, jangan dibiarkan, bawa ke rumah sakit segera,” ujarnya
Menurut dia, di rumah sakit, klinik ataupun puskesmas akan lebih cepat mendeteksi DBD. Bahkan hari pertama demam, orangtua harus membawa anaknya ke rumah sakit.
“Ada namanya diagnose tes, itu bisa dilakukan di rumah sakit di klinik atau puskesmas, sudah disediakan sama seperti kalau kita swab, kalau DBD akan muncul positif negative,”ujarnya
Kata dia, banyak orangtua yang tidak langsung memeriksakan anaknya saat demam. “Masyarakat dianggap demam biasa, padahal ini lagi musim. Rata-rata karenaterlambat,”ujarnua.
Dia menambahkan, diketahui sedini mungkin akan lebih cepat penanganannya. Banyak terlambat penanganannya sehingga kekurangan cairan. “Dalam raker juga saya imbau,” ujarnya.
BACA JUGA