Top Header Ad

Tanpa Bantuan Donald Trump, Warga Gaza Katakan Mereka Bisa Bangun Restoran Dan Hotel

Israel Hamas Gencatan
Tampak warga Gaza sedang berada di kawasan rumah mereka yang hancur setelah gencatan senjata Israel - Hamas (tangkapan layar YouTube DW News)

GAZA, inibalikpapan.com – Warga Palestina di Gaza mengatakan mereka bisa bangun kembali restoran dan hotel tepi laut mereka sendiri tanpa bantuan presiden AS Donald Trump.

Mereka katakan hal ini setelah Trump punya visi menciptakan “Riviera Timur Tengah” yang bebas dari populasi sehingga menjadi tempat berlibur, di bawah pengendalian AS.

Sebelum serangan Israel selama 15 bulan menghancurkan bangunan-bangunan di Gaza, wilayah Palestina yang padat penduduk itu telah mengembangkan tempat pariwisata lokal di pesisir Mediterania.

“Tidak ada yang tidak bisa diperbaiki,” kata warga Gaza Assad Abu Haseira, yang berjanji untuk mulai menyajikan makanan dari restoran miliknya bahkan sebelum dibangun kembali.

“Trump mengatakan dia ingin mengubah restoran. Dan dia ingin mengubah Gaza dan ingin menciptakan sejarah baru bagi Gaza. Kami tetap orang Arab dan sejarah orang Arab tidak akan tergantikan dengan sejarah orang asing.”

Warga Palestina lainnya pun turut menentangnya. Mohammed Abu Haseira, pemilik restoran lainnya, mengatakan restorannya akan beroperasi lagi  dan jauh lebih baik dari sebelumnya.

Gaza pernah menjadi tujuan populer bagi wisatawan Israel dan bahkan setelah pengambilalihan wilayah tersebut oleh  Hamas pada tahun 2007.

Saat itu, restoran dan kafe tepi pantai berjejer di tepi lautnya.

Visi Trump tentang Jalur Gaza yang bersih dari penduduk Palestina untuk dibangun kembali menjadi resor internasional menghidupkan kembali gagasan yang sebelumnya dilontarkan oleh menantu laki-lakinya, Jared Kushner.

Tindakan tersebut memicu kecaman dari seluruh dunia.

Para kritikus mengatakan tindakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap pembersihan etnis dan ilegal menurut hukum internasional.

Warga Gaza juga segera mengecam rencana Donald Trump itu, dan bersumpah tidak akan meninggalkan reruntuhan rumah mereka.

Bagi warga Palestina, pembicaraan seperti itu mengingatkan mereka “Nakba” atau bencana setelah perang tahun 1948 seputar pembentukan negara Israel.

Saat itu ketika 700.000 orang melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah mereka.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses