TCM di Rumah Sakit Kanudjoso Hanya Melayani Balikpapan, PPU dan Paser
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Rumah sakit Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan mulai Selasa (12/05), akan melakukan pemeriksaan sendiri spesimen untuk mengetahui pasien positif atau negatif covid-19.
Direktur Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Eddy Iskandar mengatakan, selain bantuan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pihaknya juga melakukan pengadaan sendiri TCM (test cepat molekuler) dan cartridge.
Secara mandiri rumah sakit Kanudjoso sudah memesan TCM yang baru lagi, TCM Jeng Xpert namanya, itu PCR TCM juga itu kita beli dengan biaya dari APBD Kaltim beserta cartridge-nya 200,” ujarnya.
Rencananya dalam dua pekan kedepan TCM dan cartridge yang di pesan sudah tiba. Namun nantinya hanya untuk melayani Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) maupun Paser.
“Jadi kita sudah bisa membantu rumah sakit sekitarnya untuk di Kaltim. Balikpapan, wilayah Penajam, Grogot bisalah. Kalau Samarinda kesana, mungkin Dinas Kesehatan atau rumah sakit AWS Syahrani,” ujarnya.,
Untuk pengadaan TCM dan cartridge tersebut, menelan anggaran hampir mencapai Rp 1 miliar. ”Itu seharga Rp 700 juta satu unit TCM, untuk cartridge, 1 cartridge itu sekitar Rp 700 ribu. Jadi Jadi kalau kita pesan 200 hampir Rp 140 juta,” ujarnya.
Namun kata dia, tidak melayani umum, khusus yang telah ditetapkan pasien dalam pengawasan (PDP). “Kalau mandiri belum dilayani jadi khusus pasien yang masuk ruang isolasi dan yang mau pulang,” ujarnya.
“Jadi PDP maupun yang positif maupun dia menunggu hasil laboratorium kan, nah itu supaya tidak menunggu lama kita TCM saja. Jadi TCM ada hasil, dua kali, lima hari lagi TCM, negatif pulang, jadi gak nunggu lama,”
Karen ajika harus menunggu pemeriksaan laboratorium di Jakarta maupun Surabaya hingga 2 pekan. “Kalau swab nya dikirim ke Jakarta nanti nunggu seminggu, seminggu akhirnya 2 minggu mereka ketahan,” ujarnya.
Sementara untuk SDM smaupun ruang untuk laboratorim udah disiapkan, termasuk sudah dilatih langsung dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). “Sepesial laboratorioum mikrobiologinya sudah ada,” ujarnya.
“Terus analisnya, tenaga SDM nya sudah dilatih semua lewat zoom (online). Kita dokter sepesialisnya ada 3, mikrobiologi, matologi klinik 2 orang kemudian kalau staf untuk analis mikronya ada 5-6 orang. Untuk alat dan tenaga medis mencukupi.”
BACA JUGA