Ternyata Risiko Makan Terlalu Malam Bukan Penambahan Berat Badan

Risiko Makan Terlalu Malam
Lapar saat malam? Pilih makanan bebas karbohidrat (Pixabay)

INIBALIKPAPAN.com  –  Orang berasumsi bahwa risiko makan terlalu malam adalah penambahan berat badan karena metabolisme yang lebih lambat saat tubuh  bersiap tidur.

Studi terbaru dari peneliti Universitat Oberta de Catalunya di Barcelona, ​​Spanyol, dan dari Universitas Columbia, NY, menunjukkan bahwa makan lebih dari 45 persen dari asupan kalori harian setelah pukul 5 sore berisiko paparan glukosa tinggi.

Hal ini terutama pada orang dewasa dengan pradiabetes atau diabetes tipe 2 dini.

Tindakan ini dapat membahayakan kesehatan secara signifikan dengan menyebabkan risiko lebih besar terkena diabetes tipe 2, risiko kardiovaskular yang lebih besar, dan peradangan kronis.

Namun, studi baru menunjukkan waktu makan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan pada metabolisme glukosa. Hal ini terlepas dari berat badan seseorang atau asupan kalori secara umum.

Studi Uji Toleransi Glukosa

Studi ini mengklasifikasikan 26 peserta berusia antara 50 dan 75 tahun dengan obesitas dan pradiabetes atau diabetes tipe 2.

Mereka terbagi dalam kelompok yang mengonsumsi sebagian besar kalori harian mereka sebelum pukul 5 sore dan kelompok yang mengonsumsi 45 persen atau lebih kalori mereka setelah pukul 5 sore selama 14 hari.

Dua kelompok tersebut mengonsumsi kalori harian dan zat gizi makro dalam jumlah yang sebanding.

Namun, kelompok kedua mengonsumsi hampir dua kali lipat jumlah kalori setelah pukul 5 sore. Mereka konsumsi lebih banyak lemak dan karbohidrat secara keseluruhan.

Mereka juga cenderung mengonsumsi protein dan gula lebih tinggi daripada kelompok pertama.

Dalam uji toleransi glukosa oral, kelompok kedua memiliki kadar glukosa darah yang jauh lebih tinggi setelah 30 dan 60 menit dimana toleransi glukosa (gula) yang lebih rendah.

Tren ini bertahan terlepas dari berat badan dan massa lemak peserta, asupan kalori, dan komposisi makanan.

Mengapa Risiko Makan Terlalu Malam Cukup Tinggi?

Pouya Shafipour, MD, dokter spesialis keluarga dan obesitas bersertifikat di Providence Saint John’s Health Center di Santa Monica, CA, katakan bahwa tubuh jauh lebih resistan terhadap insulin di malam hari, karena ritme sirkadian.

Pada siang hari, terjadi lebih banyak sekresi insulin dan peningkatan aktivitas pankreas, jelasnya.

“Ketika reseptor di bagian belakang retina merasakan bahwa cahaya mulai redup, melatonin mulai disekresikan dari kelenjar pituitari, dan kemudian menekan pankreas,” kata Shafipour.

“Jika Anda suka begadang dan Anda hanya makan larut malam, pada dasarnya, peluang resistensi insulin lebih tinggi.  Tingkat pra-diabetes, perkembangan diabetes, dan hal-hal seperti itu lebih tinggi,” lanjut dia.

Apa Solusinya?

Solusi saat ingin makan di malam hari adalah memilih makanan yang tepat.  

“Hindari pasta dan nasi serta kurangi makanan penutup (dessert) manis. Makan malam dengan karbohidrat paling rendah dan karbohidrat sederhana adalah solusinya,” jelas Shafipour. Intinya, hindari makan malam dengan semua jenis gula rafinasi, nasi putih, roti putih, kentang, bahkan banyak buah, karena buah juga mengandung gula fruktosa.”

Karena resistensi insulin, tambahnya, ada waktu siang hari di mana makanan berkarbohidrat lebih besar itu dapat bekerja dengan metabolisme Anda.

“Waktu paling aktif dalam hal metabolisme adalah plus dan minus satu jam antara sekitar pukul 10 pagi hingga 4 atau 5 sore,” kata Shafipour.

“Jadi jika seseorang ingin mengoptimalkan sensitivitas insulinnya, lebih baik makan makanan berkarbohidrat berat di waktu tersebut. Lalu kurangi jelang sore dengan malam ringan. Selain membantu sensitivitas insulin, makan ringan memberikan kualitas tidur lebih baik,” katanya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.