Tim Offroad Kalimantan Dibebaskan Setelah Bayar Denda Rp450 ribu
BRUNAI,Inibalikpapan.com- Tim Tim Offroad Kalimantan (TOK) yang sempat tertahan oleh Polisi Brunai akhirnya dapat melanjutkan perjalanan menuju Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Sabtu sore (29/10).
Ternyata dalam perkara yang tidak jelas itu, turut bebas pulaOffroader asal Jakarta, Pakde Mamang sapaan Herman Harsoyo, yang membawa Toyota Fortuner keluaran 2009, juga sempat tertahan di Balai Polis Kuala Belait sebab hal yang serupa.
Persidangan di Majelis Bandar membebaskan TOK dan Herman Harsoyo dari tuduhan kabur dari Balai Polis Kuala Belait, ternyata hanya pelanggaran ‘traffic’ atau lalu lintas yang dikenakan kepada rombongan. Dari sidang singkat itu, lima mobil TOK dan Fortuner Pakde dikenai saman alias denda sebesar 50 dolar Brunei, atau Rp450.000 karena menggunakan film gelap untuk melapisi kaca-kaca mobil.
TOK yang akan mengikuti Borneo Safari Offroad Sabah International , harus tertahan hampir dua hari di Brunai karena hal sepel. Hal ini yang disayangkan pihak KBRI di Brunai.
“Kami sangat sayangkan untuk menyatakan kesalahan yang sepele perlu waktu hingga hampir 2 hari,” kata Minister Counsellor dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bandar Seri Begawan Endy Ghafur Fadly.
Endy bersama stafnya Fathoni Ambari, mengunjungi TOK di Balai Polis Jumat (28/10) dan mendampingi di Majelis Sabtu (29/10).
Saat pertemuan para pihakn di Majelis, seperti dijelaskan Shamsuddin, offroader Brunei, liason officer panitia Borneo Safari untuk TOK, Majelis memutuskan tuduhan kabur dari Balai Polis tidak terbukti. Dan penggunaan kereta ubahsuai hanya untuk melintasi Brunei dibolehkan JPD (Jabatan Pengangkutan Darat) bahkan tanpa perlu mengurus administrasi apa pun.
Kecuali untuk Fortuner Pakde Mamang, saman (denda) untuk TOK muncul belakangan. Setibanya kembali di Balai Polis Gadong, polis tak mau menyerahkan kunci mobil sebelum saman dibayarkan-hal yang tak pernah disebutkan, bahkan di dalam Majelis.
Wafly kepala Bank Polis Gadong sempat melihat dan berkeliling ke mobil-mobil yang ada di parkiran belakang Balai Polis. Wafly memperhatikan sebentar setiap mobil dan menyebutkan denda yang mesti dibayar. Satu plester hitam melintang di kaca depan mobil Toyota FJ40 dari Haji Isa nyaris membuatnya kena saman juga. Shamsuddin yang rupanya kesal menawar dan meminta sambil menyanjung Wafly.
“Kalau begini cepatlah kau naik pangkat. Kau tegakkan undang-undang sedemikian tegak, tapi bisalah kau lewatkan sahaja satu tape kecil itu?” kata Suddin, panggilan TOK kepada pengusaha besi tua itu. Wafly mendebat sebentar, tapi akhirnya Haji Isa lepas dari saman.
Saman pun dibayarkan dan rombongan keluar dari Brunei dari pos imigrasi Kuala Lurah. Staf KBRI bersama sejumlah offroader Brunei mengantar hingga perbatasan ini.
“Sudah kami putuskan untuk kembali ke Indonesia lewat Tawau saja,” kata Dato Haji Helmi.
Sebelumnya selama 30 jam sejak Jumat pagi hingga Sabtu siang, TOK tertahan di Balai Polis Diraja Brunei Darussalam di Gadong, bagian dari kota Bandar Seri Begawan, ibukota negara kecil di utara pulau Borneo itu. Selama itu juga tak ada kejelasan kenapa rombongan 7 mobil dengan 18 kru termasuk para pengemudi itu ditahan. Begitu pula yang dialami Pakde Mamang, yang mengalaminya justru sejak tengah malam Kamis, (27/10).
Baru pada sore Jumat 28/10 polis menyatakan akan mengajukan perkaranya ke Majelis Bandar (pengadilan) dengan tuduhan mengendarai kereta (mobil) yang sudah diubahsuai (modifikasi) yang dilarang di Brunei.
TOK melakukan perjalanan melintasi jalur Trans Kalimantan dan Trans Borneo untuk berpartisipasi dalam event touring offroad tahunan Borneo Safari, 30 Oktober hingga 6 November 2016 di Sabah, Malaysia. Sampai Sabtu (29/10 )mereka sudah 9 hari di jalan sejak memulai perjalanan Jumat (20/10).
BACA JUGA