Tingginya Kekerasan Terhadap Perempuan di Balikpapan Perlu Diteliti, Penanganan Harus Libatkan Berbagai Ahli
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan di Balikpapan menjadi keprihatinan bagi Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Cabang Balikpapan.
HIMPSI menilai perlu dilakukan penelitian terhadap tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dengan melibatkan para ahli dibidangnya.
Pada semester I/2018 saja kasusnya sudah mencapai 34 kasus dengan korban terbanyak pada anak perempuan sebanyak 21 kasus, kemudian terhadap perempuan dewasa sebanyak 12 kasus.
Diharapkan dengan kajian dan penelitian ini dapat diketahui penyebab dan dicarikan solusinya.
“Banyaknya kasus yang ada ini harus dikaji dari berbagai bidang keilmuwan sehingga kita benar benar tahu apasih penyebab-penyebab tingginya kasus kekerasan perempuan. Dari kajian dan penitian itu kita dapat mencari solusinya,” kata Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Cabang Balikpapan, Dwita Salverry, Jumat, (13/7/2018).
Menurut Dwita, penyelesaian kasus traumatik ini tidak mudah karena membutuhkan waktu yang panjang dan perlu kesabaran.
” Karena mengatasi traumatik terhadap korban kekerasan itu tidak mudah, membutuhkan waktu yang lama. Biarpun pelaku dihukum berat, akan tetapi itu tidak mengurangi rasa traumatiknya. Sejauh ini solusi yang dilakukan masih jauh dari harapan,” nilainya.
Menurutnya dalam mengatasi persoalan kasus kekerasan terhadap perempuan ini harus duduk bersama dari akademisi universitas di Balikpapan, tenaga ahlinya dan lainnya yang ada di Balikpapan.
“Logikanya orang yang mengalami kekerasan masih banyak yang belum melapor. Jujur saja kami menemukan kasus kekerasan anak dan perempuan setiap hari. Dari perspektif psikologi, korban harus dipikirkan bagaimana trauma korban ini dihilangkan. Tenaga ahli Perguruan Tinggi dan tenaga ahli ayo dikumpulin,” beber Dwita.
Dia berharap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak ini harus menjadi perhatian utama karena dinilai Balikpapan ini sudah darurat kekerasan terhadap anak. Kendati demikian, upaya yang dilakukan pihaknya bersama pemerintah terus melakukan sosilisasi ke kelurahan dan kader-kader untuk memahami apa saja bentuk-bentuk kekerasan.
“Kami membangun relasi dan hubungan ke kelurahan setiap minggu kenal dengan ibu-ibu kader sehingga menceritakannya. Kebanyakan ibunya sendiri tidak mudah melaporkan karena ketakutan,” ujarnya.
BACA JUGA