Upaya DKK Balikpapan Turunkan Angka Stunting
BALIKPAPAN,Inibalikpapan com – Pemkot Balikpapan melalui Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan terus mencegah peningkatan angka kasus stunting yang terjadi di masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Alwiati, mengatakan, bahwa data dari Dinas Kesehatan Balikpapan, angka stunting di Balikpapan meningkat dari 19,6 persen menjadi 21,6 persen. Artinya meningkat 2 persen.
“Untuk saat ini DKK Balikpapan berupaya untuk menekan angka kasus stunting di Balikpapan, dengan membuat program pendampingan, dan pemberian makanan tambahan kepada keluarga yang terdampak stunting,” kata Alwiati saat dikonfirmasi medua, Sabtu (24/8/2024
Tak hanya itu, lanjut Alwiati, bahwa yang paling utama adalah bagaimana meningkatkan status gizi untuk ibu yang sedang hamil dan menyusui. Sehingga nantinya bayinya akan mendapatkan ASI yang baik dan tidak terkena stunting.
“Memang rata-rata di Balikpapan seorang ibu kebanyakan seorang pekerja, sehingga tidak dapat memberikan ASI yang eksklusif kepada anaknya,” tuturnya.
Selain itu, pola asu juga menjadi salah satu penyebab kasus stunting di Balikpapan meningkat. Dimana pola asu yang kurang baik. Salah satunya dengan memberikan tambahan makanan terlalu dini, di mana anak tersebut masih harus mendapatkan ASI dari ibunya.
Bahkan, ibu hamil di Balikpapan tidak mau meminum tablet penambah dara. Sehingga saat melahirkan anaknya kekurangan gizi.
“Jadi untuk posyandu di Balikpapan untuk saat ini banyak yang tidak aktif. Kami berharap agar posyandu yang ada di Balikpapan dapat diaktifkan kembali,” tuturnya.
Pengecekan Ke Posyandu
Selain itu, menurut Alwiati, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang dan melakukan pengecekan ke posyandu.
“Kami minta masyarakat untuk mau datang ke posyandu dan membawa anak-anak-nya untuk mendapatkan penyuluhan dari pihak posyandu, agar stunting di Balikpapan dapat kita atasi,” ujarnya.
Dari data DKK Balikpapan kunjungan masyarkat ke posyandu sangat rendah, sehingga pihkanya meminta agar masyarkat lebih giat lagi datang ke posyandu.
Kemudian, untuk para calon pengantin yang harus dipersiapkan sebelum menjadi seorang ibu untuk menjaga dan memperhatikan gizinya.
“Anak sekarang mau langsing sebelum menikah, remaja putri tidak mau meminum tablet tambah darah sehingga pingsan setiap haid, dan lainnya,” pungkasnya.
Pemberian ASI
Alwiati melihat fenomena di Kota Balikpapan, yang mana mayoritas ibu-ibu juga sebagai seorang pekerja, sehingga tidak sempat memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif.
“Ini yang menjadi masalah, jadi kami harus upayakan walaupun dia bekerja, tetap harus bisa memberikan ASI eksklusif pada anaknya sampai dengan minimal enam bulan,” terangnya.
Kemudian, Alwiati menyebutkan faktor-faktor kenaikan kasus stunting di Kota Balikpapan hampir sama dengan di kota lainnya.
Seperti pola asuh yang kurang baik, yang mana anaknya terlalu cepat diberikan makanan tambahan yang seharusnya full ASI eksklusif. Kemudian pemberian makanan tambahan yang tidak mencukupi kebutuhan gizinya dan juga kurangnya protein.
“Faktor lainnya seperti ibu hamil yang kekurangan energi, tidak mau minum tablet tambah darah. Sehingga saat hamil anaknya jadi kekurangan gizi,” tambahnya.
Karenanya, Alwiati turut mengimbau kepada masyarakat agar aktif dalam mengunjungi Posyandu yang tersedia di lingkungan tempat tinggal masing-masing wilayah. Guna mendapatkan penyuluhan maupun pelayanan kesehatan serta pencatatan kesehatan setiap bulannya.
“Kunjungan ke posyandu di Balikpapan masih sangat rendah. Mungkin mereka lebih memilih ke rumah sakit atau ke dokter praktik secara langsung,” ucapnya.
BACA JUGA