Top Header Ad

Warga Balikpapan Enggan Jadi Petani

Paimun dan Aminah saat memasarkan hasilo penanennya pada pasar murah

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Rupanya rata-rata warga Kota Balikpapan menolak menjadi petani, meski sebenarnya lahannya tersedia. Hal itu dikatakan Paimun, Anggota Kelompok Tani Sehat Sejahtera Kota Balikpapan.

Menurutnya, enggannya warga Kota Balikpapan menjadi petani, sehingga mereka kesulitan mencari petani. Meskipun rata-rata dibayar Rp 100 ribu per hari. Hal itu yang menjadi kendala bercocok tanam, selain hama dan banjir.

“Kendala yang kami hadapi dalam menanam, karena tenaga tani yang kurang tenaga tani yang kurang, juga bajir saat hujan deras, juga ada hama,” ujarnya.

Rata-rata petani di Kota Balikpapan adalah menanam tanaman holtikultura seperti budidaya cabai, kacang panjang, sawi, singkong, ubi dan jagung manis. Seperti yang di Kelurahan Manggar Baru Kecamatan Balikpapan Timur.

 “Luas areal tanam kami yang dikelola satu kelompok tani seluas satu hektare,” Ketua Kelompok Tani Siti Aminah.

Tanaman hortikultura yang di tanam menggunakan pupuk organik yang diracik sendiri dan tidak bergantung ke pemerintah. Hasilnya terlihat cukup bagus, karena di pasarkan dalam pasar murah yang digelar bank Indoensia.

“Tidak menggunakan pestisida, meracik pupuk organik sendiri. Saya tidak tergantung pupuk pemerintah,” timpal Paimun.

Sementara terkait untuk pemasaran Siti Aminah menambahkan, tidak mengalami kesulitan karena telah memiliki pasar sendiri dan tidak harus menjual sendiri ke pasar tradisional. Banyak justru warga yang datang sendir membeli.

“Tidak ada kendala dalam penjualan, karena ada masyarakat yang datang membeli, kemudian tengkulak juga datang. Kadang-kadang belum dibawa ke pasar sudah habis,” ujarnya.

“Kalo tanam kami juga melihat pasar. Misal sayur itu anjlok harganya nah kita tanam agar ketersediaan tetap ada dan harga stabil.”

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.