Warga Desa Solok Karingau, Berhasil Kembangkan Budidaya Kepiting Tanpa Limbah

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Kelompok Usaha Bersama (KUB) Patra Bahari Mandiri berhasil memanfaatkan secara optimal pembudidayan kepiting  sehingga tidak menimbul limbah (zero waste).

Kerja keras KUB Patra tidak dilakukan sendiri melainkan banyak dibantu Pertamina Balikpapan dengan berkolaborasi pihak Intitut Teknolog Kalimantan (ITK) dan Universitas Hasanuddin Makasar.

Kelompok Nelayan binaan dari Pertamina Marketing Operation Region VI Integrated Terminal Balikpapan dimulai tahun 2018 sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility.

Pertamina bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin pada tahun 2018 untuk inovasi penggunaan ekstrak herbal (ekstrak bayam) untuk merangsang proses percepatan molting (pelepasan kulit dan pergantian cangkang keras) dengan kisaran waktu molting, 14 hari lebih cepat dari molting secara alami.

Disamping itu, Pertamina juga bekerjasama dengan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) untuk melakukan inovasi kembali memanfaatkan limbah cangkang kepiting soka untuk dibuat menjadi inovasi kaldu kepiting.

ITK melakukan pendampingan bersama Pertamina baik dari penyediaan alat, pelatihan, packaging, dan bantuan pemasarkan produk. Inovasi kaldu bubuk tersebut saat ini terkenal dengan produk “braco”. Produk tersebut telah memiliki nomor PIRT dan dipasarkan melalui online market.

“Ampas atau sisa dari pembuatan Braco ini juga masih dimanfaatkan menjadi pelet atau makanan ikan  pada tambak yang juga dibantu pembuatannya oleh Pertamina seluas 2 Hektar,” Terang Region Manager Comm, Rel & CSR Kalimantan Roberth MV Dumatubun (29/9/2020).

KUB Patra ini berlokasi di Desa Solok Oseng RT 3, Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat, kini kampung ini terkenal dengan sebutan kampung nelayan berdasi.

Kini, omset hingga 40 juta rupiah telah dikantongi KUB karena bukan hanya berhasil mengelola kepiting tapi juga lokasi semakin nyaman dikunjungi masyarakat.

Ketua Kelompok Usaha Patra Bahari Mandiri, Rustam mengatakan sesuai dengan branding yang dibuat yaitu Kampung Nelayan Berdasi, nantinya semua pengunjung yang datang akan diberikan dasi sebagai ciri khas dan tiket masuk kawasan.

“Nelayan di Desa Solok Oseng merasa bahwa mereka juga memiliki kecerdasan dan kesempatan yang sama seperti para pengusaha besar serta harapan kedepannya, profesi nelayan ini dapat diperhitungkan dan manfaatnya dapat dirasakan bagi masyarakat terutama  kami para nelayan,” harapnya.

Berkat kegigihan dari nelayan-nelayan pesisir yang ingin bergerak mengubah nasib keluarganya, Rustam bersama beberapa orang lainnya dengan pengalaman yang dimiliki memulai mencari cara bagaimana mendapatkan hasil lebih dari tangkapannya sehari-hari dikarenakan menjadi nelayan tidak memiliki pendapatan yang pasti.

 “Sejak tahun 2018, Pertamina menjajaki potensi yang ada di daerah tersebut dimana kelompok nelayan sendiri belum mencapai 15 orang seperti sekarang. Pertamina melihat adanya kemauan dari masyarakat setempat dan lokasi yang cukup strategis untuk dikembangkan bukan hanya dari pembudidayaan tetapi sebagai lokasi wisata edukasi,”tambah Roberth.

Pendirian fasilitas budidaya kepiting soka dan penggemukan kepiting bakau telah dilaksanakan pada tahun 2018. Nelayan sekarang memiliki lebih kurang 300 crab box untuk pembudidayaan kepiting soka. Syarat kepiting bakau yang dapat dibudidayakan sebagai kepiting soka (kepiting cangkang lunak) yaitu kepiting yang memiliki berat lebih kurang 25 gram.

Adanya fasilitas tersebut, nelayan yang semula menjual hasil tangkapannya kepada pengepul untuk dijual lagi di pasar dengan harga hanya 25-40 ribu/kg kini mereka dapat menjual kepiting dengan kisaran 75-80 ribu/kg. Sedangkan, untuk kepiting soka dapat dihargai 100 ribu per satu kg berkat packaging yang rapih dan kualitas kepiting yang dapat bersaing di pasaran.

Baik dari kepiting bakau yang dewasa dan kepiting soka, KUB Patra Bahari Mandiri sudah memiliki langganan untuk memasok resto dan café yang ternama di Kota Balikpapan, dan tak sedikit orang yang datang ke Kampung Nelayan Berdasi untuk membeli kepiting  tersebut.

Pada saat pandemic covid, Kampung ini juga terkena dampaknya di mana terpaksa kepiting soka tidak dibudidayakan terlebih dahulu karena permintaan dari restoran juga menurun, namun atas kelihaian Kelompok Usaha Bersama tempat tersebut masih ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal untuk memancing.

Kampung ini juga dinobatkan sebagai Kampung Tangguh Nasional sebagai sebuah kampung ataupun usaha yang dapat survive selama pandemic covid-19. Pertamina bersama dengan mitra penunjang juga melaukan pendampingan dan pelatihan dari sisi manajemen usaha.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.