Waspada TBC, DKK Balikpapan Gencarkan Skrining
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Pemkot melalui Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, mewaspadai penyebaran penyakit tuberculosis (TBC) di lingkungan masyarakat.
Pasalnya, sampai hari ini kasusnya cukup tinggi. Sehingga, penyakit ini menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah untuk segera ditanggulangi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Alwiyati mengatakan, untuk kasus TBC di kota Balikpapan saat ini mencapai 1.825 pasien.
Untuk itu, pihaknya melakukan pemeriksaan agar 1.825 pasien tersebut tidak menularkan kembali kepada keluarga, hal ini yang harus dicegah.
“Karena TBC ini penularannya cepat, sebab yang keluarga merawat juga beresiko menular,” ujar Alwiati kepada media, Minggu (10/11/2024).
Sebenarnya, lanjut Alwi, pasien TBC bisa sembuh asalkan rutin minum obat. Menurutnya, 1.825 tersebut saat ini masih dalam proses pengamatan dan saat ini masih dicoba mencari potensi pasien lainnya sehingga pihaknya akan melakukan pemeriksaan.
“Hal yang perlu terus dilakukan adalah memberikan edukasi bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat, untuk mengenali gejala TBC seperti batuk yang beberapa minggu tidak sembuh, tengah malam demam,” kata Alwiyati.
Dalam kegiatan ini, juga dilakukan pemasangan kelambu air sebagai upaya pencegahan penyebaran DBD di wilayah tersebut.
“Lokasi ini dipilih karena banyak penyakit yang menular dan juga kasus DBD nya tinggi. Makanya tadi juga kita melakukan pembagian kelambu air. Selain itu, Kita juga melakukan skrining untuk TBC,” ucapnya.
Pemeriksaan Dahak
Sedangkan, Ketua Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinas Kesehatan Kota (Dinkes) Balikpapan, dr. I Dewa Gede Dony Lesmana mengatakan, pada prinsipnya skrining saat ini bisa dilaksanakan di semua Puskesmas. Yang dilakukan itu menggunakan pemeriksaan dahak menggunakan alat tes cepat molekuler.
Ia menjelaskan, pihaknya saat ini masih gencar melakukan kegiatan yang namanya “pemberian terapi tuberkulosis”, yang diberikan kepada kontak erat dari penderita tuberkulosis.
“Memang tantangannya cukup tinggi, karena kita mengobati orang yang sehat, jadi bukan pasiennya karena pasiennya minum obat TBC,” katanya.
Hal ini yang terus dikejar sebagai upaya untuk memenuhi target indikatornya agar tercapai target pencegahan tuberkulosis.
Sebab satu kasus TBC itu beresiko sampai dengan 20 orang di sekitarnya. Makanya dilakukan pemberian terapi kepada kontak erat yang ada di sekitar rumah penderita TBC.
“Saat ini program skrining baik secara aktif maupun pasif, sudah gencar dilaksanakan oleh teman-teman Puskesmas. Dan di tahun 2025 rencananya kita akan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan, namanya screening aktif tuberkulosis,” terangnya.
Ia menjelaskan, di tahun 2025 mendatang, dengan bantuan dari Kementerian Kesehatan, pihaknya akan melakukan skrining kepada 3.500 orang, dengan kriteria yang pertama adalah orang yang perokok. Orang yang ada riwayat sakit diabet, orang yang mempunyai gejala kearah TBC seperti batuk lebih dari 2 minggu, berat badan menurun, berkeringat di malam hari dan sebagainya.
“Di tahun 2025 kita akan melakukan skrining secara masif dan sasarannya 3.500 orang,” ujarnya.
BACA JUGA