Yayasan BOS Bebaskan Orangutan Yang Hidup 24 Tahun Di Kandang
SAMBOJA, Inibalikpapan.com – Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia Yayasan BOS melanjutkan kampanye #OrangutanFreedom di tahun ini dengan melepaskan satu orangutan jantan dewasa bernama Romeo dari kandangnya untuk hidup di pulau pra-pelepasliaran yang terletak di Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Timur di Samboja Lestari (Samboja Lestari).
Pulau pra-pelepasliaran di Samboja Lestari saat ini ada tujuh buah, dengan empat pulau tambahan tengah dibangun. Kapasitas total tujuh pulau tersebut sekitar 30 orangutan. Setiap orangutan yang telah lulus Sekolah Hutan, ditempatkan di salah satu pulau ini sebelum dilepasliarkan di hutan.
Di sana mereka hidup di udara terbuka sementara teknisi memantau kemajuan dan adaptasi mereka. Pulau-pulau ini juga dipergunakan untuk wilayah transisi bagi orangutan yang telah lama berada di kompleks kandang untuk mengetahui potensi mereka untuk dilepasliarkan ke hutan.
Di Pulau 5, Romeo akan ditempatkan bersama dua betina yang telah lebih dulu dipindahkan, yaitu Fani dan Isti. Romeo adalah salah satu orangutan yang tertua di Samboja Lestari. Pada tahun 1993, Romeo dipulangkan dari Taiwan saat berusia 6 tahun dan sejak itu ia direhabilitasi di Samboja.
“Tahun 2017 ini bagi kami di Yayasan BOS adalah tahun #OrangutanFreedom, dan tahun ini saja kami telah lepasliarkan 13 orangutan ke Hutan Kehje Sewen di Kutai Timur. Hari ini, kami berikan kebebasan kepada satu orangutan kami yang telah lama hidup di Samboja Lestari ini, untuk hidup di alam terbuka, setelah 24 tahun mendekam di kompleks kami yang ruang geraknya terbatas. Hari ini dia pindah ke pulau pra-pelepasliaran, dan setelah kami bisa mengamati perkembangannya di lingkungan alami, kami bisa bantu siapkan dia untuk diepasliarkan ke hutan alaminya,” Dr. Ir. Jamartin Sihite, CEO Yayasan BOS.
“Program pelepaslairan kami sempat terhenti selama 10 tahun akibat tidak tersedianya hutan untuk menampung orangutan dari pusat rehabilitasi kami. Ini menyebabkan menumpuknya ratusan orangutan yang senasib dengan Romeo, menanti kebebasan. Kami sudah berhasil mengatasi tantangan ini, namun hutan di Kalimantan Timur yang kami kelola saat ini, Hutan Kehje Sewen, masih belum dapat menampung 100 orangutan lain yang kami rencanakan untuk dilepasliarkan. Kami butuh dukungan untuk mendapatkan hutan lain. Kita masih butuh jasa lingkungan dari hutan seperti air bersih, udara bersih, dan keseimbangan iklim, berarti kita butuh orangutan hidup di hutan, karena mereka meningkatkan dan menjaga kualitas hutan. Untuk bisa menjaga mereka lestari di hutan, kita butuh menjaga hutan agar tidak dirusak,”
Ir. Sunandar Trigunajasa N., Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, mengatakan, mengatakan pemindahan orangutan dari fasilitas yang tertutup ke fasilitas yang lebih terbuka oleh Yayasan BOS menunjukkan tindakan nyata. Kita bisa melihat bahwa orangutan memang ditakdirkan hidup bebas di alam, namun mengingat status konservasi mereka yang saat ini dianggap ‘sangat terancam punah’ atau ‘critically endangered’.
“Kita semua, termasuk saya dan jajaran Balai KSDA Kalimantan Timur harus meningkatkan upaya pelestarian orangutan dan habitatnya. Hari ini kita pindahkan satu jantan dan sebelumnya, dua betina. Semoga di kesempatan berikut kita bisa pindahkan beberapa orangutan sekaligus ke wilayah pra-pelepasliaran yang lebih besar dan dari pulau pra-pelepasliaran ke hutan. Semakin cepat kita bergerak, semakin besar harapan orangutan untuk lestari di habitatnya. Kita wajib bekerja bersama mewujudkan hal ini,” ujarnya
Pemindahan Romeo dan dua betina ke pulau pra-pelepasliaran orangutan di Samboja Lestari kali ini terlaksana berkat kerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Kalimantan Timur, serta organisasi mitra kami seperti BOS Swiss, BOS Jerman, BOS Australia, dan The Great Projects. Yayasan BOS juga mengucapkan terima kasih kepada donor perorangan, para mitra lain, dan organisasi konservasi di seluruh dunia yang peduli atas usaha pelestarian orangutan di Indonesia.
BACA JUGA