Zona Merah Sebelum Hari Raya
Penulis : Amir Syarifuddin dan Ramdani
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Tiga hari menjelang Idul Fitri 1442 Hijriyah, wajah Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi terlihat resah. Wali Kota yang biasa banyak senyum, bahkan kadang-kadang menjadi stand up comedian dalam jumpa pers rutin harian perkembangan kasus COVID-19 Balikpapan, hari ini tak bisa menyembunyikan keprihatinannya. “Padahal kita selalu ingatkan prokes,” katanya di teras Balai Kota, Senin 10 Mei silam.
Dalam setahun ini, prokes atau protokol kesehatan, memang sudah jadi mantra: pakai masker, rajin cuci tangan, jaga jarak. Hari itu untuk pertama kalinya dalam sejarah setahun COVID-19 menyebar di Kota Minyak, satu kelurahan menjadi zona merah dalam semalam. Sekaligus 24 orang warga RT47 perumahan Bhumi Nirwana Indah di Km 5 Jalan Soekarno-Hatta positif terpapar COVID-19.
Sebanyak 23 orang adalah jamaah Masjid Ar Rahmah, masjid di lingkungan yang berada di dalam cekungan lembah itu. Satu orang yang berbeda sendiri tertular dari tempat kerjanya. “Mereka jamaah salat tarawih selama Ramadan itu,” kata Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Balikpapan dr Andi Sri Juliarty.
Maka para jamaah ini pun disebut cluster Masjid Ar Rahmah. Kadinkes memaparkan, dari 23 kasus cluster masjid, 2 orang dirawat di rumah sakit yakni sepasang suami-istri. Sebanyak 21 lainnya menjalani isolasi di rumah masing-masing. Termasuk rumah dari pasangan suami-istri, ada 7 rumah yang penghuninya terpapar COVID-19 tersebut dari cluster masjid. Atau seluruhnya ada 8 rumah, ditambah dari satu warga yang terpapar di tempat kerja.
Kadinkes melanjutkan, pada pagi 10 Mei itu, Satgas kembali melakukan tracing kepada 47 warga Bhumi Nirwana. “Dari situlah kami menemukan rumah ke-8 yang positif,” ujarnya.
ZONA MERAH
Hari itu juga jalan masuk dan keluar Bhumi Nirwana diportal. Petugas Satpol PP dan Satgas PPKM Mikro berjaga. Siapa pun yang ingin masuk perumahan harus berhenti dan cuci tangan di tempat yang sudah disediakan di depan portal. Warga tidak boleh berkumpul lebih dari 5 orang. Tamu sudah harus pulang sebelum pukul 21.00. Masjid Ar Rahmah ditutup dan disemprot disinfektan.
“Tetap boleh ada azan dan salat, tapi hanya oleh penjaga masjid,” tegas Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasat Pol PP) Balikpapan Zulkifli.
Sebuah banner merah dengan tulisan putih dipasang di depan portal. Tulisannya, “Zona Merah PPKM Mikro Kelurahan Graha Indah”. Zona Merah ini meliputi tiga blok perumahan yang dihuni seluruhnya 517 jiwa dari 132 keluarga. Blok Barcelona adalah nama blok di mana Masjid Ar Rahmah berlokasi.
Menurut Pelaksana Tugas Ketua RT47 Fadli, warga Blok Barcelona rata-rata penyewa dan bukan pemilik asli dari rumah-rumah besar di perumahan itu. Sebagian para penyewa adalah para pekerja yang didatangkan perusahaan yang mengerjakan proyek perluasan kilang Pertamina Balikpapan. “Mereka juga salat tarawih bersama warga lainnya di masjid,” tutur Fadli.
Selain dari para pekerja, juga jamaah adalah warga senior yang sudah pensiun. Menurut dia, harus diakui sebelum itu penerapan protokol kesehatan kurang ketat. Warga merasa mereka selama ini sudah seperti isolasi mandiri karena tidak bisa kemana-mana.
Satu-satunya tempat mereka jalan keluar rumah dan bertemu tetangga adalah di masjid. Menurut Fadli, meskipun masker selalu dipakai, tapi mencuci tangan termasuk jarang.
Pada 29 April 2021, Puskesmas Graha Indah yang sedang melakukan penelusuran atau tracing kontak erat dari penularan di tempat kerja menemukan satu warga Blok Barcelona positif terpapar COVID-19. “Yang ini tidak ada hubungannya dengan jamaah tarawih Masjid Ar Rahmah,” kata Kadinkes Juliarti.
Selang beberapa hari, sepasang suami isteri warga RT 47 mengantarkan anak mereka berobat ke rumah sakit. Namun dari pengamatan petugas, suami dan isteri tersebut juga harus diperiksa kesehatannya. “Dan betul, setelah dites, mereka terkonfirmasi positif COVID. Mereka akhirnya harus diisolasi dan dirawat di rumah sakit karena positif COVID-19,” tutur Lurah Graha Indah Satrio Taufiq pada kesempatan terpisah.
Taufiq ingat, tanggalnya 2 Mei 2021. Di rumah sakit, kedua pasien secara terbuka menjelaskan tentang aktivitas harian mereka. Diantaranya adalah salat tarawih berjamaah di masjid lingkungan mereka, Masjid Ar Rahmah. Tak membuang waktu, tracer di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo mengontak tracer di Puskesmas Graha Indah yang wilayah kerjanya melingkupi Bhumi Nirwana.
Dari rincian kegiatan harian kedua pasien, mereka pun menemukan puluhan warga yang kemungkinan atau ditengarai alias suspect terpapar COVID-19. “Mereka jamaah Masjid Ar Rahmah itu,” kata Kadinkes.
Betul saja, ketika satu per satu dites dengan rapid test antigen, kecurigaan tracer terbukti. Ditemukan 21 warga yang juga positif. Selanjutnya, segala peraturan untuk zona merah pun berlaku.
TKP: Masjid Ar Rahmah
Melihat dari ukurannya bangunannya yang 5 X 5 meter persegi, Masjid Ar Rahmah lebih tepat disebut musala. Namun bila digabungkan pelataran dan halamannya, Masjid Ar Rahmah cukup luas. “Bisa menampung 100an orang,” kata Ustaz Slamet, imam salat dan pengurus masjid sehari-hari.
Ramadan lalu, aktivitas di masjid bertambah daripada hari-hari di luar Ramadan. Masjid makin semarak dengan salat tarawih berjamaah dan pengajian, juga tausiyah atau ceramah agama dari ustaz yang diundang takmir masjid. Karena itu waktu salat wajib aktivitas jamaah paling banyak 15-20 orang selama Ramadan, namun penuh pada saat pelaksanaan sholat taraweh. “Karena tempatnya sempit, susah juga awalnya kita terapkan jaga jarak,” kata Ustaz Slamet lagi.
Apalagi aturan menyusun saf atau barisan salat adalah harus lurus dan rapat. Setelah ditutup sebab 23 jamaahnya positif COVID-19 antara 10-24 Mei 2021, masjid akhirnya dibuka kembali untuk ritual peribadatan. Mulai Selasa 25 Mei 2021, aktivitas salat berjamaah kembali dilakukan di masjid setelah Bhumi Nirwana sudah dinyatakan kembali masuk zona hijau, yang artinya tidak ada lagi yang terpapar COVID-19 di lingkungan itu.
Tidak lagi ingin kecolongan, Takmir Masjid menetapkan protokol kesehatan dengat ketat. Selama berada di lingkungan masjdi jamaah wajib pakai masker, kemudian saf sholat berjarak setengah meter, serta jumlah jamaah tidak lebih dari 15 orang. “Safnya jadi longgar untuk sementara. Tidak apa-apa, ini keadaan darurat,” kata Ustaz Slamet. ***
(Bersambung)
BACA JUGA