Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty saat Konfrensi Pers

DKK Bantah Guru Meninggal Karena Vaksin, Tetap Dilaporkan dan Investigasi ke Forum KIPI

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Dinas Kesehatan Kota membantah keras telah jatuh korban meninggal pasca vaksinasi atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) menyusul meninggalnya seorang guru berusia 25 tahun pada Kamis dinihari (27/5) pukul 02.30 wita .

“Tidak bisa karena kan kita belum membuktikan. Kita menunggu ketentuan dan penanganan KIPI seperti daerah lain kita ikuti prosedur penanganan KIPI. Ini belum terbukti dan kaalu dilihat jaraknya cukup jauh ya dari 18 (ikut vaksi) ke 25 Mei,” tandas Kepala DKK dr Andi Sri Juliarti ditemui Kamis (27/5/2021).

Soal penyebab meninggal guru ini menurut Dio akan ditindaklanjuti dengan meminta penjelasanan dari RSUD beriman tempat almarhum sempat dirujuk saat kondisi parah. “Karena diagnose kematian ada disana,” ucapnya.

Vaksinasi di Balikpapan terus berjalan dan hari ini berjalan vaksinasi 510 guru di gedung Dome Balikpapan.

Ditanya lebih jauh bahwa almarhum sebelum divaksin memiliki demam dan batuk, apakah itu diperbolehkan?”Ya jadikan itu ada skrening dilakukan dan sekarang pun peserta mengisi sendiri lembarnya, menyatakan sendiri kesehatan. Demam itu berapa kan terukur 37,3 atau berapa ?,” katanya.

Dalam penjelasan susulan di grup WA, dr dio juga menambahkan bahwa  perihal kematian almarhum Muhummad Azim yang dikatakan demam dan batuk saat divaksin. “Setelah kami melihat kertas kendali yang diisi oleh pasien sendiri semua diisi baik oleh almarhum. Tidak ada keluhan.  Hasil pemeriksaan suhu tertulis 36°C berarti tidak demam,” jelasnya.

Saat ini pelayanan vaksinasi sistem 2 meja dimana seluruh peserta vaksinasi dibagikan kepada peserta dan diisi sendiri kondisi kesehatannya.

Dokter dio juga kembali menegaskan bahwa pada tanggal 18 Mei tersebut ternyata ada guru (guru lain) jadwal vaksinasinya juga di Puskesmas Karang Joang yang mengeluh batuk pilek tertulis dikertas kendalinya yang akhirnya ditunda vaksinasinya oleh Tim.

“Jadi tidak benar jika peserta  dipaksa untuk divaksin atau ada kelalaian dalam skrining,” tegasnya.

Kronologi

Kasus guru meninggal ini dinihari 02.50 wita, kabar diterima kepala DKK pukul 04.00 wita dari pimpinan puskesmas Karang Joang bahwa  mereka sedang merawat dan merujuk pasien emergency yang keluhan yang disampaikan kelaurga pada pukul 22.30 wita, kondisi M Azim lemas.

“Jadi pihak puskesemas melakukan kunjungan rumah dan penjemputan dengan ambulance dibawa ke puskesmas untuk lakukan pertolongan pertama. Dilakukan pemeriksaan IKG ditemukan detak jantung meningkat kemudian dilakukan pemeriksaan antigen negative, lalu pemasangan infuse dan oksigenasi dan pemasangan keteter. Ini standar yang dilakukan tindakan pra rujukan,” jelasnya.

Kemudian pihak Puskesmas melakukan kordinasi dengan rumah sakit rujukan KIPI yakni RSKD namun penuh sehingga dibawa ke RSUD Beriman Gunung Malang yang juga rumah sakit rujukan KIPI kedua.

“Memang kondisi makin lemah, SPO2 40 persen  dan dinyatakan meninggal 02.50 wita,” tambahnya.

Dio kembali menjelaskan prosedur pada kasus ini harus melaporkan dalam aplikasi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Pada , kasus ini, almarhum divaksin 18 Mei  di Puskesmas Karang Joang bersama guru lainnya.

“Kemudian antara 18 sampai 25 Mei puskesmas tidak mendapatkan laporan apa-apa. Tadi dapat informasi tanggal 22 tapi kami cek tidak ada kunjungan almarhum ke puskesmas ada nya 25 Mei. Kondisi tanda vital baik hanya keluhan batuk dan pusing. Ada jarak waktu vaksinasi dengan kejadian 8 hari. Sesuai aturan tetap harus dimasukan dalam aplikasi KIPI apapun keluhan fisik setelah mendapat vaksinasi kita laporkan dulu kemudian kita bahas pembahasan di tingkat KIPI Kota kemudian menunggu pembahasan KIPI nasional.  Kia diundang untuk membahas, tapi Pembahasan zoom,” tukasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.