BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan menilai inflasi tahun ini relatif lebih terkendali meskipun ditengah pandemi covid-19 yang berkepanjangan.
Meskipun inflasi Kota Balikpapan hingga November tahun ini berada di angka 0,27% atau dibawah target inflasi sebesar 3,0% + 1. Tertinggi pada kelompok kesehatan 4,05%.
Wali Kota Rahmad Mas’ud dalam pemaparannya akhir tahun menyatakan, faktor yang kemungkinan mendorong inflasi kedepan kenaikan harga minyak goreng seiring dengan naiknya harga CPO dunia.
Lalu kenaikan harga telur ayam yang dipicu oleh naiknya harga pakan. Kenaikan harga bahan makanan seiring dengan adanya pembatasan sosial dan potensi masyarakat untuk berlibur di dalam kota.
“Menurunnya produksi sayuran hijau seiring dengan curah hujan yang tinggi di akhir tahun,” ujarnya
Pemkot Balikpapan bersama Bank Indonesia dan stakeholder terkait yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi
Diantaranya melalui Gerakan Wanita Matilda meliputi penanaman secara hidroponik, urban farming, pelatihan pengelolaan keuangan keluarga, hilirisasi produk, digital marketing
Lalu Program Budi Daya dalam Ember dan menanam kangkung digalakkan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan. Lalu Melaksanakan pasar murah dan operasi pasar
Monitoring harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan penting setiap hari, termasuk saat jelang HBKN. Mengawal kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok ke pasar rakyat
Neraca Pangan menyediakan informasi pangan daerah secara komprehensif sebagai dasar perumusan kebijakan pangan / pengendalian inflasi Kota Balikpapan
Sedangkan faktor yang kemungkinan akan mendorong terjadinya deflasi yakni kebijakan pengetatan libur Matal dan Tahun Baru (Nataru) dapat menekan inflasi tarif angkutan udara.
“Pasokan komoditas bumbu bumbuan yang diperkirakan stabil selama periode libur Nataru,” ujarnya